Ahad 24 Sep 2023 19:27 WIB

Tokoh Agama, Haji, dan Anak Gadis Jadi Sasaran Kekejaman PKI di Madiun

PKI melakukan perampokan pada siang hari secara terang-terangan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Wisatawan menikmati suasana di objek wisata Monumen Korban Keganasan PKI di Desa Kresek, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (1/6/2021). Sebagian warga memanfaatkan libur Hari Lahir Pancasila untuk berwisata di objek wisata yang berada di kaki Gunung Wilis tersebut.
Foto:

Untuk membuat kecemasan umum dan disintegrasi sosial, maka PKI mulai melakukan teror dengan memunculkan berbagai perampokan disertai pembunuhan. Kalau kriminalitas sebelumnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi di malam hari. Perampokan yang dilakukan saat ini dilakukan pada siang hari secara terang-terangan.

Para pelakunya juga dikenal oleh masyarakat. Tetapi teror dan perampokan yang terjadi belakangan ini berbeda, mereka berani melakukan tindakan ini di siang bolong, karena merasa ada yang melindungi bahkan ada yang memerintahkan, yaitu PKI. Sasaran utama perampokan ini adalah para kiai, ulama, atau ustadz, termasuk aparat desa yang belum mau ikut mereka.

Di semua daerah basis PKI mulai dari Madiun, Tulungagung, hingga Pati terjadi hal yang sama, sehingga keresahan umum betul-betul terjadi. Di luar hal itu terlihat seperti kriminalitas biasa, tetapi setelah diselidiki oleh para pimpinan Ansor, jelas kelihatan bahwa para warok, pendekar dan bajingan yang melakukan perampokan tersebut adalah anggota PKI yang mendapatkan restu dari pimpinan partai setempat untuk melakukan teror massa.

Pada umumnya masyarakat sekitar mengenal siapa dari warga desa yang PKI dan bukan. Sehingga dengan mudah mengidentifikasi siapa yang melakukan tindak makar.

Keresahan akibat ulah PKI telah sedemikian meluas, baik di kalangan masyarakat umum, maupun kalangan ulama, terutama para kiai pimpinan pesentren serta pejabat setempat yang bukan komunis. Untuk melindungi warga dan para ulama dari tekanan pihak komunis itu maka para pimpinan NU sebagai organisasi yang membawa nilai Ahlussunnah Waljamaah serta berniat menjaga keutuhan dan ketertiban NKRI, mulai melakukan langkah mencari solusi.

Untuk memberikan ketenangan pada umat dan mencegah perluasan manuver PKI, maka pada 24 Mei 1947, NU menyelenggarakan Muktamar ke-17 sebagai tandingan PKI yang sedang berkembang di Madiun. Madiun diketahui sebagai pusat kegiatan PKI nasional.

Dilansir dari buku Benturan NU dan PKI 1948 - 1965 yang disusun Tim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Tahun 2013. Buku ini ditulis H Abdul Mun’im DZ dengan peneliti utama Drs H Agus Sunyoto MA dan Dr Al Sastrwo Ng.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement