Rabu 20 Sep 2023 09:08 WIB

Keberadaan Santri Kalong Mulai Tergerus di Tasikmalaya

Santri kalong masih banyak ditemui di pondok pesantren salafiyah dan kombinasi.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ani Nursalikah
Para santriwati menjadi paskibra dalam pelaksanaan upacara HUT ke-78 Republik Indonesia di Pesantren Idrisiyyah, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (17/7/2023).
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Keberadaan santri kalong di berbagai pondok pesantren wilayah Tasikmalaya mulai tergerus. Namun, bukan berarti keberadaan santri kalong, terutama di wilayah Tasikmalaya sudah benar-benar menghilang.

Ketua Forum Pondok Pesantren (FPP) Kabupaten Tasikmalaya KH Anwar Nashori mengatakan santri kalong itu merupakan anak-anak di sekitar lingkungan pesantren yang mengikuti kegiatan mengaji. Namun, tak seperti santri mukim yang mondok di pesantren, santri kalong biasanya makan dan tidur di rumahnya masing-masing setelah kegiatan mengaji selesai.

Baca Juga

Menurut dia, keberadaan santri kalong di pondok pesantren wilayah Kabupaten Tasikmalaya masih cukup banyak. Hanya saja, pola para santri kalong itu untuk mengikuti kegiatan mengaji mulai berubah.

"Kalau dulu, santri kalong itu mengaji setiap waktu, tapi makan dan tidur di rumah. Seperti itu mungkin sudah jarang. Karena sekarang ada sekolah, jadi memang tergerus karena sistem pendidikan. Namun, masih tetap ada secara presentase, jadi ngajinya setelah sekolah, paling maghrib-isya," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (19/9/2023).

Kiai Anwar mencontohkan, di pondok pesantren yang dipimpinnya di wilayah Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, keberadaan santri kalong masih ada. Para santri kalong itu biasanya akan ikut mengaji di lingkungan pondok pesantren setelah sholat magrib hingga isya bersama santri mukim lainnya.

Ia menilai, keberadaan santri kalong itu juga masih banyak ditemui di pondok pesantren salafiyah dan pesantren kombinasi. Hanya saja, pihak pesantren tidak terlalu mengurus secara intens para santri kalong.

"Jadi hanya mengaji saja. Santri kalong itu masuknya pendidikan nonformal. Tidak ada ijazahnya. Jadi seperti madrasah sepulang sekolah," ujar dia.

Menurut Kiai Anwar, keberadaan santri kalong itu juga bisa menjadi parameter keterkaitan masyarakat dengan pondok pesantren. Ia menilai, ketika di pesantren itu masih banyak santri kalong, artinya ikatan pesantren dengan masyarakat cukup kuat.

Pertimbangan tidak menerima santri kalong...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement