Selasa 19 Sep 2023 19:36 WIB

Mengusung Tema Peradaban yang Beradab, PCINU Australia-New Zealand Gelar Konfercab ke-IX

Peradaban kuat harus didukung adab yang baik, tanpa adab peradaban akan biadap.

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand (PCINU ANZ) baru-baru ini menggelar Konferensi Cabang ke-IX pada 16-17 September 2023.
Foto: PCINU ANZ
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand (PCINU ANZ) baru-baru ini menggelar Konferensi Cabang ke-IX pada 16-17 September 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand (PCINU ANZ) baru-baru ini menggelar Konferensi Cabang ke-IX pada 16-17 September 2023. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan evaluasi organisasi, konsolidasi warga NU di Australia dan New Zealand, serta pemilihan pengurus baru untuk periode 2023-2025.

Pembukaan Konfercab ke-IX ini diadakan di Aula Kartini, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Sydney, dan dihadiri oleh berbagai komunitas Indonesia seperti Indonesia Diaspora Network (IDN) dan perwakilan komunitas Muslim di kota Sydney seperti Iqro, CIDE, FISI, Muhammadiyah, dan Ashabul Kahfi. Hadir pula dalam acara tersebut Verdy Buana, Konsul Jenderal RI di Sydney, dan Abdul Nazar, Pensosbud KJRI Sydney. Perwakilan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga turut hadir secara virtual, yang diwakili oleh Hj Safira Machrusah, Wakil Sekjen PBNU yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Al Jazair periode 2016-2020.

Baca Juga

Tema Konfercab tahun ini adalah "Menjaga Tradisi dan Merawat Jagat dengan Beradab". Dalam sambutannya, Rais Syuriah PCINU Australia-New Zealand periode 2021-2023, Prof Dr Nadirsyah Hosen (Gus Nadir), mengungkapkan peradaban dan beradab adalah dua kata yang berasal dari akar kata yang sama.

photo
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand (PCINU ANZ) baru-baru ini menggelar Konferensi Cabang ke-IX pada 16-17 September 2023. - (PCINU ANZ)

Menurutnya, peradaban yang kuat harus didukung oleh adab yang baik. Tanpa adab, peradaban akan menjadi biadab. Gus Nadir juga mengajak seluruh warga NU di Australia dan tamu undangan untuk menjadikan adab sebagai landasan dalam membangun peradaban di abad kedua Nahdlatul Ulama berdiri.

Beliau juga menyoroti pentingnya frasa "dengan beradab" dalam tema Konfercab ini. Pertama, kata "Beradab" ini sesuai dengan sila kedua Pancasila, yakni "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," yang mencerminkan filosofi negara. Kedua, adab ini menjadi salah satu krisis besar dalam peradaban modern.

Gus Nadir memberi contoh teknologi sebagai produk peradaban modern yang berhasil mendekatkan manusia. Namun, jika teknologi digunakan tanpa adab, maka akan menghasilkan dampak negatif seperti penyebaran berita palsu dan fitnah.

Dalam kesempatan yang sama, Konsul Jenderal RI di Sydney, Verdy Buana, menyambut baik pelaksanaan kegiatan ini. Beliau mengajak seluruh elemen masyarakat untuk selalu menggunakan adab dalam kehidupan sehari-hari.

Verdy juga mendorong agar dakwah dilakukan tidak hanya melalui kata-kata tetapi juga melalui tindakan dan dilandasi sikap yang beradab. Selain itu, Verdy mengapresiasi upaya PCINU Australia-New Zealand dalam merangkul berbagai elemen masyarakat di Sydney, menunjukkan bahwa NU hadir di semua lapisan masyarakat.

Hj Safira Machrusah, Wakil Sekjen PBNU, dalam sambutannya secara virtual, mengisahkan awal berdirinya PCINU ANZ sebagai upaya untuk memperkuat dakwah washatiyah, dakwah yang moderat, di Australia. Beliau juga mendorong PCINU ANZ untuk memaksimalkan peran sebagai referensi keagamaan masyarakat Islam di luar negeri, terutama di negara-negara barat. Selain itu, beliau menekankan pentingnya kemandirian ekonomi dan peran PCINU dalam memanfaatkan bonus demografi tahun 2045 untuk mewujudkan Indonesia emas pada tahun tersebut.

Kegiatan ini juga melibatkan pemilihan kepemimpinan baru PCINU Australia-New Zealand periode 2023-2025. Emil Idad terpilih sebagai Rais Syuriah, sementara Arief Syamsulaksana dipilih sebagai Ketua Tanfidziyah. Keduanya menyatakan kesediaan untuk menerima amanah tersebut dan berkomitmen untuk mengemban tugas dengan baik.

Emil Idad mengutip perkataan Hadratussyekh Hasyim Asyari bahwa mereka yang mengurus NU akan diakui sebagai santrinya. Arief Syamsulaksana juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan dan berkomitmen untuk menjalankan tugasnya dengan baik, termasuk memperkuat peran dakwah NU di Australia. 

Arief kemudian mengajak jamaah Nahdiyin di Australia untuk menerapkan prinsip "openi," yang berarti peduli terhadap sesama, serta "open," yang artinya terbuka terhadap masyarakat yang berbeda. Upaya ini diharapkan akan memperkuat peran dakwah Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan memungkinkan terjalinnya kerjasama yang lebih baik dengan semua lapisan masyarakat, termasuk warga negara Australia dan warga Muslim di Australia. Dengan sikap tersebut, diharapkan NU dapat memainkan peran yang lebih besar dalam membangun harmoni dan pemahaman antar masyarakat yang berbeda di Australia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement