REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengutarakan mimpinya tentang Indonesia yang menjadi kompas toleransi dunia. Hal ini ia sampaikan di malam puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-12 KompasTV.
"Saya punya mimpi tidak terlalu besar. Tapi yang penting adalah bangun dari mimpi itu dan melaksanakannya. Saya bermimpi tata negara yang bernama Indonesia dengan ciri kodrat keberagaman, kebhinekaan dan pluralitas ini membangun sebuah kemerdekaan bagi seluruh warganya," ujar Menag dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Selasa (12/9/2023).
Mimpi itu Menag sampaikan di depan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, para menteri Kabinet Indonesia Maju, tokoh nasional dan undangan yang hadir, saat dirinya ditanya tentang mimpi Indonesia.
"Serta warganya bisa beribadah sesuai dengan keyakinannya, sehingga perbedaan yang dimiliki Indonesia ini menjadi kompas toleransi di dunia," lanjut Gus Men, panggilan akrabnya.
Tidak hanya itu, ia juga menaruh harapan besar di pemilu 2024. Gus Men berharap pesta demokrasi ini dapat dirayakan dengan penuh kegembiraan, tanpa harus melukai satu dengan lainnya.
"Saya kira caranya sederhana, yakni hindari agama sebagai alat untuk berpolitik, saya kira kita akan damai merayakan pesta demokrasi Pemilu 2024 tanpa mencedrai satu dengan yang lainnya," kata dia.
Terkait sikap toleransi masyarakat Indonesia, hasil Jajak Pendapat Litbang Kompas 2022 menyebut mayoritas responden percaya masyarakat Indonesia telah menjunjung tinggi toleransi. Sebanyak 62,2 persen responden menilai masyarakat cukup masih menjunjung tinggi nilai toleransi dan 10,4 persen responden menyatakan masyarakat sangat toleran.
Hasil tersebut juga mengungkap bahwa nilai toleransi pada warga dengan usia muda lebih besar. Nilai toleransi pada masyarakat usia di bawah 40 tahun misalnya, mencapai 74 persen.
Angka ini diketahui lebih besar dari masyarakat 40 tahun ke atas dengan selisih 4 persen. Persentase ini semakin tinggi pada masyarakat usia kurang dari 24 tahun dengan angka 78 persen. Temuan ini seolah menunjukkan nilai toleransi sudah bisa ditanamkan kepada generasi muda.
Hasil yang diungkap Litbang Kompas senada dengan jajak pendapat yang dilakukan KedaiKOPI di tahun yang sama. Dari 1.188 responden di 34 provinsi, hanya 19,6 persen responden yang menilai kehidupan pemeluk agama di Indonesia masih tidak toleran.
Sebesar 30,2 persen responden merasa kehidupan pemeluk agama di Indonesia semakin toleran. “Sebanyak 50,2 persen responden merasa sama saja dengan era pemerintahan sebelumnya,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, saat itu.