Rabu 23 Aug 2023 17:19 WIB

Meski Diprediksi Mati, Agama-Agama Dunia Justru Bangkit Lalu akankah Picu Konflik Global?

Kebangkitan agama dunia abad ke-21 ditandai dengan Perang Arab Israel 1967

Kerukunan Beragama (Ilustrasi). Kebangkitan agama dunia abad ke-21 ditandai dengan Perang Arab Israel 1967
Foto:

Sebaliknya bagi penganut agama Yahudi, kemenangan Israel dalam Perang 1967 itu merupakan sebuah 'mukjizat' yang menunjukkan adanya campur tangan Tuhan untuk membantu mereka. Karena itu, menurut mereka, Tuhan dan agama sama sekali tidak lagi bisa dikesampingkan dalam mempertahankan eksistensi negara Israel. 

Pandangan dan anggapan eskatologis ini memberikan momentum bagi kebangkitan kelompok ortodoks, ultra-ortodoks, fundamentalis, dan radikal di kalangan penganut agama Yahudi. 

Selanjutnya sejak 1970-an adalah masa-masa kebangkitan agama secara global. Amerika Serikat memilih Jimmy Carter sebagai Presiden yang dengan bangga menyatakan dirinya sebagai 'born-again Christian', yang diikuti Ronald Reagan yang dengan mengutip Perjanjian Baru menyatakan Amerika sebagai 'sebuah kota di puncak bukit, yang menerangi berbagai penjuru'. Dan terakhir sekali adalah George W Bush yang memercayai dirinya tidak lebih daripada sekadar menjalankan berbagai kebijakan Tuhan melalui dirinya. 

Kebangkitan agama tersebut jelas menimbulkan berbagai dampak dan implikasi pula dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak hal positif dalam kebangkitan agama itu; tetapi juga terdapat banyak ekses, yang oleh The Economist disebut sebagai 'perang baru agama'. 

Sepanjang dua dasawarsa terakhir kian banyak terjadi kekerasan dan perang atas nama agama, sejak dari Nigeria ke Srilanka, Filipina Selatan dan Thailand Selatan; dari Serbia dan Bosnia terus Chechnya ke Palestina-Israel, Irak dan Afghanistan. 

Memang, agama dalam banyak kasus tidak dengan sendirinya menjadi penyebab dan sumber dari 'perang baru agama' tersebut. Berkat dialog-dialog antaragama yang kian intens, 'perang baru agama' karena motif keagamaan sebagian besarnya dapat dicegah. 

Sebaliknya, apa yang disebut 'perang baru agama' tersebut lebih bersumber pada masalah politik dan ekonomi yang tidak pernah terselesaikan. Dan keadaannya menjadi lebih rumit, rawan, dan eksplosif ketika para politisi dalam menghadapi pertikaian-pertikaian politik tersebut mencampurbaurkan kebijakan politiknya dengan semangat keagamaan. 

'Perang baru agama' bisa menjadi sangat eksplosif dan menjerumuskan masyarakat dunia ke ambang pertumpahan darah yang sulit diakhiri. Karena itulah penciptaan dan pemberdayaan tatanan dunia baru yang lebih berimbang dan adil menjadi kebutuhan mendesak. Reformasi PBB dan badan-badan internasional lainnya merupakan agenda dan tanggung jawab bersama, yang meski sangat sulit mesti diupayakan terus.

 

 

* Naskah resonansi almarhum Prof Azyumardi Azra tayang di Harian Republika 2007 lalu.     

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement