Ahad 20 Aug 2023 12:43 WIB

Tokoh NU Malang yang Bersahaja Itu Berpulang, Catatan dari Santri      

KH Chamzawi dikenal sebagai sosok alim yang bersahaja

KH Chamzawi dikenal sebagai sosok alim yang bersahaja
Foto:

Oleh : Abdul Aziz, santri KH Chamzawi

"Masakan apapun, Abah berkenan makan. Tidak pilih-pilih makanan. Kesukaannya minum kopi tiap hari kecuali Senin dan Kamis serta Ramadhan. Ngopi menjelang hari raya, Idul Fitri maupun Idul Adha, kenangnya sesekali tampak mengingat seribu kebaikan almarhum.

Mendengar penuturan Ibu Nyai Chamzawi, tak henti-hentinya penulis coba menghibur dengan kalimat bernada permintaan untuk tidak telat makan dan istirahat agar kondisi badan tetap sehat.

"Ibu Nyai harus sabar, sabar dan sabar. Tidak boleh telat makan dan istirahat. Kiai Chamzawi orang baik. Baik sekali. Tidak pernah menyinggung perasaan orang lain. Sejak dulu, tulus, termasuk memberi ceramah, pengajian hingga ke pelosok kampung," pinta penulis, dan meyakinkan Ibu Nyai.

Akhirnya, penulis turut berduka dan berbelasungkawa yang mendalam atas wafatnya Kiai Chamzawi, Pengasuh Ma'had Sunan Ampel Al-Aly UIN Malang pada Rabu Wage, 16 Agustus 2023 M/29 Muharram 1445 H./28 Sura 1957 J. 

Sekelumit memberi testimoni pada istri almarhum. Sejauh amatan penulis, eksistensi Pesantren Kampus yang beralamat di Jalan Gajayana 50 Malang, yang kini berkembang dan berkemajuan hingga diakui banyak kalangan itu, tidak lepas dari kepemimpinan tokoh kharismatik yang bersahaja dan low profile, Kiai Chamzawi yang kini berpulang meninggalkan legacy, warisan yang baik.

Saat memimpin Ma'had UIN, almarhum kerap melempar senyum, Kiai yang dikenal dengan kesabaran yang membentang itu lekat dengan sikap sederhana dan rendah hati dalam banyak kelebihan. 

Berilmu tapi tidak sama sekali menampakkan padatnya isi padi. Sebaliknya, ia kian merunduk. Tak heran, para santrinya makin takzim, amat hormat dan sopan padanya.

Tulus pada siapa pun, nasihat-nasihatnya menyejukkan, dan membuat nyaman siapa saja yang berada di dekatnya, membuat Kiai Chamzawi makin disegani. Dakwahnya pun penuh kelembutan. Jauh dari  kesan memaksakan kehendak. 

Baca juga: Sosok Perempuan Hebat di Balik Tumbangnya Tiran dan Singgasana Firaun

Baginya, ilmu itu harus diamalkan agar potensial berbuah. Soal berbekas pada pendengarnya, dan berpotensi diamalkan dalam kehidupan sehari-hari adalah soal lain. Cukuplah Allah SWT yang mengatur hidayah pada makhluknya. Itulah fakta dan realitas kehidupan Kiai Chamzawi selama ini.

Untuk itu, penulis bermunajat pada-Nya. "Gusti, kiranya Engkau berkenan menerima amal ibadahnya, menyiapkan surga untuknya, meluaskan   ketabahan dan kesabaran bagi keluarga yang ditinggalkan".

Selamat jalan, Kiai. Bercengkrama dengan Sang Pencipta. Sungguh, para santri merasa kehilangan sosok guru, orang tua sekaligus panutan yang tiada duanya. 

 

Terima kasih atas fatwa-fatwanya. Doa para penderek, pengikut Kiai menyertai panjenengan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement