Kamis 20 Jul 2023 17:15 WIB

Deklarasi Kebangsaan akan Tandai Puncak Milad ke-48 MUI, Ini Penjelasan Kiai Cholil

Deklarasi Kebangsaan wujud komitmen MUI rekatkan bangsa

Situasi di Gedung MUI Pusat, Jakarta (Ilustrasi). Deklarasi Kebangsaan wujud komitmen MUI rekatkan bangsa
Foto: Republika/Eva Rianti
Situasi di Gedung MUI Pusat, Jakarta (Ilustrasi). Deklarasi Kebangsaan wujud komitmen MUI rekatkan bangsa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Puncak tasyakur Milad ke-48 Majelis Ulama Indonesia akan digelar pada 26 Juli 2023. Pada puncak perayaan Milad, MUI telah mengagendakan pembacaan Deklarasi Kebangsaan (al-mitsaq al-wathani) secara bersama-sama.   

Deklarasi itu sebagai bentuk komitmen MUI dalam rangka menjaga persatuan, memperkokoh kerukunan, dan memelihara keberagaman bangsa sebagai dasar pijakan dalam bernegara.

Baca Juga

"Keragaman bagi Majelis Ulama Indonesia suatu yang niscaya. Karena keragaman kita menghargai entitas dan identitas masing-masing," kata Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis, dalam keterangannya ke Media, Kamis (20/7/2023).  

Kiai Cholil menyampaikan, sikap memelihara keragaman (Bhinneka Tunggal Ika) adalah bagian dari ajaran Islam. Menurutnya, nilai Pancasila sangat dekat dengan Piagam Madinah di mana persatuan dalam keragaman dapat dibina.

Dia menjelaskan sejumlah penelitian akademik juga mengatakan hal serupa. Misalnya, karya desertasi doktoral Guru Besar Fakuktas Hukum Universitas Indonesia, Prof Dr Tahir Azhari dan Mantan Hakim Mahkamah Agung, Prof Dr Ahmad Sukardja di mana konstitusi Indonesia sangat selaras dengan kandungan Piagam Madinah.

"Menjaga persatuan warga negara di Madinah sama dengan kita, sila ketiga Pancasila menjaga persatuan. Saya kira founding fathers kita telah mencontoh Rasulullah SAW dalam Piagam Madinah," kata dia.

Majelis Ulama Indonesia sendiri, kata Kiai Cholil, telah memutuskan bahwa Pancasila sebagai dasar negara sudah final. Dalam hal ini MUI juga mengupayakan terpeliharanya kerukunan umat secara kelembagaan melalui sejumlah kegiatan.

Hal itu dapat dilihat dengan terbentuknya komisi khusus di bidang kerukunan antar umat beragama, komisi di bidang ukhuwah, dan sejumlah kegiatan literasi dan sosialisasi kerukunan.

"Jadi sebenarnya toleransi itu diajarkan dan dipupuk dalam ajaran Islam. Bahwa kita menghormati dan tidak memaki sesembahan agama lain," paparnya.

Sementara itu, Ketua OC Milad ke-48 MUI, Dr Lukmanul Hakim menyampaikan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan bakal menghadiri puncak Tasyakuran Milad ke-48 MUI. 

"Pada malam puncak tasyakuran Milad ke-48 MUI pada Rabu 26 Juli 2023 di Taman Mini Indonesia Indah, Insya Allah bakal dihadiri oleh Bapak Presiden Jokowi," kata Lukmanul yang juga Ketua MUI Bidang Ekonomi ini.

Baca juga: Ketika Kabah Berlumuran Darah Manusia, Mayat di Sumur Zamzam, dan Haji Terhenti 10 Tahun

Pada kesempatan ini, ungkapnya, Presiden Jokowi juga dijadwalkan akan memberikan sambutannya serta bakal dihadiri oleh para tokoh bangsa dan para ulama.

Dalam Milad ke-48 ini, MUI mengusung tema Memperkokoh Persatuan dalam Bingkai Keragaman Menuju Indonesia yang Lebih Sejahtera dan Bermartabat. 

Lukmanul menjelaskan, substansi dari tema tersebut  antara lain yakni mengajak umat untuk menjaga persatuan, keberagaman, kesejahteraan dan bermartabat. 

Sebagai wadah para ulama, zu'ama, dan cendekiawan, MUI memiliki peranan krusial untuk memberikan bimbingan dan tuntunan, khususnya kepada umat Islam di Indonesia.

Oleh karena itu, tegasnya, perayaan Milad ke-48 MUI ini dijadikan sebagai momentum untuk semakin memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Lebih lanjut, Lukmanul Hakim menyampaikan, kegiatan milad ini memiliki sejumlah rangkaian. "Ada lomba video, foto, menulis artikel di media massa, pameran UMKM dan Kongres budaya Umat Islam," ujarnya. 

Kegiatan tersebut, kata dia, sudah mulai berjalan dan puncaknya yakni pada malam tasyakuran. Selain itu, juga akan ada kegiatan Annual Conference on Fatwa Studies ke-7. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement