Sabtu 27 May 2023 14:24 WIB

Antusiasme Pemilih Turki di Pemilu Putaran Kedua Menurun

Banyak pemilih Turki yang tampaknya tak terlalu antusias dengan pemilu putaran kedua

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Banyak pemilih Turki yang tampaknya tidak terlalu antusias dengan pemilu putaran kedua dan merasa pemilu sudah selesai
Foto: EPA-EFE/ERDEM SAHIN
Banyak pemilih Turki yang tampaknya tidak terlalu antusias dengan pemilu putaran kedua dan merasa pemilu sudah selesai

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Perubahan nyata terlintas dalam intensitas kampanye saat Turki memasuki pemilu putaran kedua. Untuk pertama kalinya pada Ahad (28/5/2023) esok, pemilih Turki harus kembali pergi ke tempat pemungutan suara untuk memilih pemimpin negara di masa depan.

Banyak pemilih Turki yang tampaknya tidak terlalu antusias dengan pemilu putaran kedua. Hal ini dirasakan oleh Soner Ugurlu (49 tahun) di Istanbul.

Baca Juga

“Perasaan yang aneh. Saya merasa pemilu sudah selesai, tapi saya tahu masih ada pemilu lagi pada Ahad,” kata Ugurlu saat dia menyesap teh bersama teman-temannya di lingkungan Tophane, Istanbul, dilaporkan Aljazirah, Jumat (26/5/2023).

“Tentu saja saya akan memilih lagi, tapi rasanya aneh karena semuanya jauh lebih tenang dibandingkan dua minggu lalu,” ujar Ugurlu menambahkan.

Banyak pemilih melihat Presiden Recep Tayyip Erdogan kemungkinan menang dalam pemilu putaran kedua. Karena Erdogan berusaha untuk memperpanjang kekuasaannya hingga lima tahun lagi. Hal ini menambah kesan bahwa pemungutan suara kedua antiklimaks.

Erdogan mengejutkan para jajak pendapat dan komentator dalam pemilu putaran pertama pada 14 Mei. Dalam prediksi sebelumnya, penantang Erdogan dari kubur oposisi, Kemal Kilicdaroglu selalu unggul. Namun ketika pemilu putaran pertama, Erdogan justru unggul dengan 49,2 persen suara. Sementara Kilicdaroglu berada di posisi kedua dengan perolehan 45 persen suara. Karena tidak ada yang melampaui ambang batas 50 persen untuk memenangkan kontes di putaran pertama, maka digelar pemilu putaran kedua.

Ini adalah ketiga kalinya pemilih Turki memilih langsung presiden mereka.  Erdogan memenangkan pemilu pada 2014 dan 2018 di putaran pertama. Melihat dari hasil pemilu putaran pertama dan masifnya dukungan terhadap Erdogan, banyak pendukung oposisi merasa harapan mereka untuk menyingkirkan Erdogan dari kekuasaan telah pupus.  

“Saya sangat berharap sebelum 14 Mei karena sepertinya kami akhirnya akan menyingkirkannya, tetapi sekarang sepertinya dia tidak terkalahkan,” kata Olcay, yang menjalankan toko pakaian di Cihangir, distrik modis di Istanbul.

“Semua orang lelah dengan perjuangan ini. Sulit untuk meningkatkan antusiasme untuk memilih lagi karena sepertinya kesepakatan sudah selesai, tetapi tentu saja, saya akan melakukannya karena itu adalah tugas saya," ujar Cihangir, yang menolak menyebutkan nama belakangnya.  

Asisten profesor ilmu politik di Universitas Sabanci Istanbul, Berk Esen,  mengatakan demoralisasi oposisi sudah diperkirakan. Menurutnya, Erdogan masih populer kendati di bawah kepemimpinannya Turki mengalami krisis ekonomi dan gempa bumi dahsyat pada Februari lalu.

“Sangat mengecewakan bagi pemilih oposisi bahwa Erdogan masih bisa mendapatkan popularitas yang begitu besar di mata para pemilih. ini juga merupakan kasus bahwa kepemimpinan oposisi dan lembaga pemungutan suara telah meningkatkan ekspektasi pemilih oposisi secara berlebihan," ujar Esen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement