Kamis 25 May 2023 06:40 WIB

Limbah Sampah Plastik Dimanfaatkan untuk Bangun Mushala di Batam

Mushala ini masih akan melewati uji ketahanan sebelum diresmikan.

Pekerja menyelesaikan pembangunan musala menggunakan bahan papan dari limbah plastik daur ulang di dalam kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Punggur, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (24/5/2023). Pembangunan musala dari limbah plastik daur ulang tersebut merupakan bagian dari peran TPA Punggur dalam pemanfaatan limbah dan sampah.
Foto: Antara/Teguh Prihatna
Pekerja menyelesaikan pembangunan musala menggunakan bahan papan dari limbah plastik daur ulang di dalam kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Punggur, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (24/5/2023). Pembangunan musala dari limbah plastik daur ulang tersebut merupakan bagian dari peran TPA Punggur dalam pemanfaatan limbah dan sampah.

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam manfaatkan limbah sampah plastik rumah tangga untuk pembuatan mushala di dalam lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Punggur, Batam, Kepulauan Riau.

"Sampai saat ini masih proses, sekitar dua pekan lagi akan di resmikan. Masih butuh uji ketahanan," kata Kepala DLH Kota Batam Herman Rozi saat dihubungi di Batam Kepulauan Riau, Rabu (24/5/2023).

Baca Juga

Dia tidak menjelaskan secara rinci proses pembuatan mushala tersebut. Namun saat ini DLH Kota Batam masih menyelesaikan pembuatan pagar, jendela dan lantai luar mushala.

Sementara itu, salah satu pekerja pembangunan mushala, Ahmad Afandi (61 tahun) menjelaskan, pembangunan Mushola itu sudah memakan waktu kurang lebih dua bulan. Luas bangunan Mushola itu, kata dia, sekitae enam meter kali tiga meter. Hampir seluruh bagian dari mushola tersebut menggunakan limbah plastik, kecuali atapnya menggunakan seng.

Afanadi menjelaskan, dalam prosesnya limbah plastik sebelum menjadi berbentuk papan, terlebih dahulu dilelehkan menggunakan suhu panas 400 derajat celcius. Kemudian limbah plastik yang sudah meleleh, langsung masuk ke alat pencetak berbentuk papan dan balok. Kemudian dicelupkan ke dalam bak berisi air agar plastik yang meleleh segera mengeras.

Untuk mendapatkan satu papan dengan panjang dua meter, lebar 20 centimeter (cm), dengan ketebalan empat cm katanya, membutuhkan waktu 30 menit hingga akhirnya bisa digunakan. "Untuk membuat satu balok juga sama dengan papan, butuh waktunya 30 menit juga," kata dia.

Ia mengaku senang dengan apa yang dilakukan oleh DLH ini. Menurutnya membuat bangunan dari limbah sampah plastik ini merupakan terobosan pemerintah yang harus terus digenjot.

"Kalau bisa semua bangunan di Batam ini pakai ini (papan dari limbah plastik -red), jadi tidak banyak lagi sampah-sampah yang menumpuk. Hasilnya juga menurut saya sangat kokoh," kata Afanadi.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement