Rabu 15 Mar 2023 21:18 WIB

Studi: Ribuan Muslim Prancis Memilih Bekerja di Luar Negeri Akibat Islamofobia  

Muslim di Prancis mengalami diskriminasi di tempat kerja

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Muslim berada di luar sebuah masjid di Prancis. Muslim di Prancis mengalami diskriminasi di tempat kerja
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Prancis adalah rumah bagi populasi Muslim terbesar di Eropa. Namun, diskriminasi di negara itu mendorong banyak profesional Muslim mencari peluang kerja yang lebih baik di masyarakat yang lebih toleran dan menerima keyakinan agama mereka. 

Sebuah studi baru oleh University of Lille, yang dipimpin Profesor Olivier Esteves, mengungkapkan Muslim dengan pendidikan tinggi meninggalkan Prancis dalam jumlah besar menuju Inggris, Amerika Serikat, Kanada dan Dubai. Survei ini melibatkan 1.074 Muslim yang meninggalkan negara itu.

Baca Juga

Dari hasil yang didapat, Esteves berpendapat lebih dari dua pertiga melaporkan mereka pindah untuk menjalankan agama mereka dengan lebih bebas. Sementara 70 persen di  antaranya mengatakan mereka pergi untuk menghindari insiden rasisme dan diskriminasi.

Dia pun menyimpulkan, para pekerja profesional Muslim dengan keterampilan yang dibutuhkan ini sudah merasa muak dengan cara mereka diperlakukan di negara itu.

“Ironisnya, Prancis membiayai pendidikan orang-orang ini, tetapi negara kehilangan bakat yang sangat terampil itu karena Islamofobia institusional yang merajalela,” kata Esteves dikutip di Yeni Safak, Rabu (15/3/2023).

Seorang manajer proyek keuangan, Natasa Jevtovic, memilih pindah ke Inggris dari Prancis pada 2020. Kepergiannya ini membawa harapan dapat menjalankan kepercayaannya dengan lebih mudah, serta tawaran kesempatan kerja yang lebih baik dan sesuai dengan keahliannya.

Keputusannya untuk pindah ini terbayarkan. Sebab, sejak pindah ke London dia telah dipromosikan beberapa kali dan sekarang memiliki penghasilan dua kali lipat dari posisi awal.

Sebelumnya, dia pernah mendapat komentar rasis di bank Prancis terkemuka. Kala itu dia diancam sang manajer akan dipecat, karena menghadapi dan menuduh rekan-rekannya melakukan diskriminasi.

“Orang-orang menggunakan istilah rasis dan kemudian saya meminta mereka untuk berhenti. Sejak saat itu, tidak ada yang mau makan siang dengan saya. Tidak ada yang mau berbicara dengan saya selama enam bulan ke depan, saya diboikot," kata perempuan berusia 38 tahun ini.

Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?

Jevtovic merupakan salah satu dari banyak profesional Muslim yang sangat terampil, tetapi tidak merasa diterima di Prancis. Karena alasan itu, mereka pun mengambil kesempatan untuk menunjukkan keterampilannya di tempat yang lebih menghargai mereka.

Seorang analis politik Prancis dan advokat hak asasi manusia yang saat ini menjabat sebagai ketua Komite Keadilan dan Liberties (CJL), Yasser Louati, mengatakan kurangnya kebebasan beragama menjadi alasan mengapa profesional Muslim meninggalkan Prancis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement