Selasa 14 Mar 2023 23:02 WIB

Islamofobia Paksa Pekerja Muslim Prancis Pindah ke Luar Negeri

Islamofobia masih terjadi di Prancis.

Unjuk rasa aksi Islamofobia di Prancis.
Foto: Trt.world
Unjuk rasa aksi Islamofobia di Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Islamofobia di Prancis mendorong pekerja profesional Muslim yang sangat terampil mencari peluang kerja yang lebih baik dalammasyarakat yang lebih toleran yang mau menerima agama mereka.

Prancis adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di Eropa, tetapi sebuah penelitian yang dibuat University of Lille menunjukkan banyak Muslim berpendidikan tinggi justru memilih meninggalkan Prancis menuju Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan Dubai.

Baca Juga

Setelah melakukan survei terhadap 1.074 Muslim yang meninggalkan Prancis, Profesor Olivier Esteves yang memimpin penelitian itu menyebutkanlebih dari dua pertiga responden mengaku pindah dari Prancis agar bisa menjalankan agama mereka dengan lebih bebas, sementara 70 persen mengaku pergi dari Prancis guna menghindari rasisme dan diskriminasi.

Esteves menyimpulkan kaum profesional Muslim berketerampilan dibutuhkan, sudah muak dengan perlakukan yang mereka dapatkan di Prancis.

"Ironisnya, Prancis membiayai pendidikan orang-orang ini, tetapi negara kehilangan talenta-talenta berketerampilan tinggi itu karena Islamofobia yang sudah melembaga dan meluas," kata Esteves.

Natasa Jevtovic, manajer keuangan proyek berusia 38 tahun, pindah dari Prancis ke Inggris pada 2020 dengan harapan bisa menjalankan agamanya dengan lebih mudah dan ditawari kesempatan kerja yang lebih baik yang sesuai dengan keahliannya.

Keputusan Jevtovic untuk pindah tak sia-sia. Sejak pindah ke London, dia telah beberapa kali dipromosikan, bahkan kini berpenghasilan dua kali lipat.

Jevtovic sempat mengalami komentar rasis di bank terkemuka di Prancis. Dia malah diancam dipecatmanajernya karena menuduh rekan-rekan kerjanya melakukan diskriminasi.

"Orang-orang menggunakan istilah rasis dan kemudian saya meminta mereka agar berhenti. Sejak itu, tak ada yang mau makan siang bareng saya. Tak ada yang mau berbicara dengan saya selama enam bulan, saya diboikot," kata Jevtovic kepada Anadolu.

Jevtovic hanyalah salah satu dari banyak profesional Muslim sangat terampil yang tidak merasa diterima di Prancis sehingga memutuskan pindah dan menggunakan keterampilan mereka di tempat yang lebih menghargai mereka.

sumber : Anadolu / Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement