“Seperti tradisi ruwahan di beberapa daerah, di mana keluarga besar kumpul, itu kan masyarakat kita menciptakan momen-momen kebersamaan, dan itu sangat penting sekali di zaman sekarang ini,” kata Kang Abik.
“Maka momen-momen untuk bisa mempertemukan keluarga besar itu malah bagus sekali kalau diadakan, baik itu ketika Idul Fitri maupun ketika Syaban,” imbuhnya.
Sementara itu, di daerah Sumbawa masyarakatnya biasa akan mandi dulu ke sungai pada sore hari menjelang Magrib atau menjelang memasuki malam Nisfu Syaban. Tradisi tersebut dikenal dengan istilah mani Nisfu Syaban (mandi Nisfu Syaban). Bagi mereka, hal tersebut dilakukan untuk mempersiapkan diri memasuki malam Nisfu Syaban dengan badan yang suci agar dosa diringankan oleh Allah SWT.
Terkait tradisi semacam itu, Kang Abik memberikan catatan tersendiri. Menurut dia, asalkan tradisi semacam itu tidak melanggar syariat Islam, maka bisa saja dilesatarikan.
“Ya selama itu tidak bertentangan dengan syariat itu tidak ada masalah, ya mereka mau mandi juga untuk membersihkan diri, baik itu menjelang malam Nisfu Syaban atau tidak kan juga sama saja. Intinya membersihkan diri,” jelas penulis novel Ayat-Ayat Cinta ini.
“Tapi kalau kemudian bercampur laki-laki dan perempuan misalnya, justru ada maksiatnya, ya tentu malah tidak boleh itu,” kata Kang Abik.