Rabu 01 Mar 2023 22:19 WIB

Pemkot Mataram Imbau Warga Jaga Toleransi Saat Nyepi di Malam Tarawih Pertama

Untuk menjamin dua acara keagamaan itu aman dan lancar, telah ada komunikasi via FKUB

Warga melintas di kawasan masjid Masjid Hubbul Wathan di Islamic Center Kota Mataram, Lombok, NTB (ilustrasi). Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau masyarakat untuk menjaga toleransi antar umat beragama saat perayaan malam Nyepi Tahun Baru Saka 1945 dan mulainya umat Muslim memasuki bulan suci Ramadan 1444 Hijriah dengan pelaksanaan salat tarawih pertama.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Warga melintas di kawasan masjid Masjid Hubbul Wathan di Islamic Center Kota Mataram, Lombok, NTB (ilustrasi). Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau masyarakat untuk menjaga toleransi antar umat beragama saat perayaan malam Nyepi Tahun Baru Saka 1945 dan mulainya umat Muslim memasuki bulan suci Ramadan 1444 Hijriah dengan pelaksanaan salat tarawih pertama.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau masyarakat untuk menjaga toleransi antar umat beragama saat perayaan malam Nyepi Tahun Baru Saka 1945 dan mulainya umat Muslim memasuki bulan suci Ramadan 1444 Hijriah dengan pelaksanaan salat tarawih pertama.

Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Mataram Lalu Martawang di Mataram, Rabu (1/3/2023), mengatakan, jika pemerintah mengumumkan umat Muslim mulai puasa pada 23 Maret 2023, maka tanggal 22 malam, umat Muslim sudah mulai melaksanakan shalat tarawih. "Sedangkan umat hindu saat itu sedang melakukan ibadah Tapa Brata Penyepian," kata Martawang seusai melakukan rapat koordinasi dengan Forum Kerukunan antar Umat Beragama (FKUB) Kota Mataram.

Baca Juga

Terkait dengan itu, bagi umat Muslim yang berada di lingkungan yang mayoritas non-Muslim, diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan mengedepankan rasa toleransi. Misalnya, ketika melaksanakan ibadah salat tarawih tidak menggunakan alat pengeras suara luar, agar tidak mengganggu peribadahan umat Hindu di sekitar lingkungan masing-masing.

"Di sinilah, visi HARUM (Harmoni, Aman, Ramah, Unggul dan Mandiri) bisa kita laksanakan dengan baik. Terutama aman dalam melaksanakan ibadah masing-masing," kata dia.

Martawang mengatakan, untuk menjamin dua acara keagamaan tersebut berjalan aman dan lancar, telah dilakukan komunikasi dengan tokoh-tokoh kedua agama melalui FKUB. "Alhamdulillah, keduanya dengan pemahaman yang sama untuk bertoleransi dengan kondisi pelaksanaan ibadah masing-masing," kata dia.

Selain itu, lanjutnya, sehari sebelumnya pada 21 Maret digelar Pawai Ogoh-ogoh. Pelaksanaannya nanti akan diatur untuk menjaga toleransi.

"Ini bagian dari yang sama-sama kita memahami, sehingga peririsan ini justru membuktikan Kota Mataram Harum itu betul-betul menjadi sesuatu yang kita tunjukkan kepada siapapun yang memiliki komitmen terhadap keberadaan kota ini," katanya.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement