REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mengajak anak-anak mengikuti majelis taklim sejak dini bukan sesuatu yang terlarang. Justru, dengan mengenalkan anak pada majelis taklim membuat mereka cinta pada pengajian dan masjid.
“Iya (justru lebih baik) jadi akrab dengan masjid, jadi akrab dengan banyak orang, jadi tidak asing lagi (dengan pengajian), dan merasa nyaman. Majelis Taklim itu terbuka untuk siapa saja, tua, muda, masih dalam usia produktif, sudah senior, sepuh, majelis taklim terbuka,” ujar Syifa di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (21/2/2023).
Dalam acara Milad ke-42 tahun BKMT terlihat banyak ibu-ibu yang membawa serta anak-anak mereka. Menurut Syifa, ini adalah bukti bahwa majelis taklim sangat terbuka dan tidak pernah melarang anak-anak ikut pengajian.
Syifa menuturkan, bahwa dalam setiap pengajian di majelis taklim di manapun, tidak sedikit orang tua yang membawa serta anak-anak mereka. Selain itu, waktu pengajian pun sangat fleksibel dan tidak bersifat memaksa.
“Pengajian ini kan fleksibel ya, artinya engga yang strict banget, harus diikuti kalau engga (nanti) dosa, kan engga, jadi kalau kita tidak bisa ikut pengajian hari ini, jam segini, karena harus jemput anak sekolah, karena ada kegiatan-kegiatan lain yang penting, prioritas, ya silakan, cari waktu yang lain, kan pengajian banyak,” terangnya.
Misalnya, pengajian di masjid dekat rumah adanya pada jam pagi, namun tidak bisa karena harus mengantar anak ke sekolah maka bisa ikut pengajian lainnya, yang jamnya tidak bentrok.
Syifa juga percaya, bahwa ibu-ibu majelis taklim adalah jagonya dalam mengatur waktu antara mengurus keluarga, rumah dan waktu mengaji. Sehingga perannya sebagai ibu rumah tangga, sebagai istri, dan sebagai ibu bagi anak-anak tetap tercurahkan.
“Saya rasa perempuan, ibu-ibu yang aktif di pengajian itu sudah pintar untuk membagi waktunya, pintar untuk dapat bisa memberikan peran dan perhatiannya kepada anak-anaknya, tapi dia juga tetap dapat siraman rohani dari pengajian,” tutur Syifa.
Syifa juga menegaskan, bahwa majeli taklim adalah salah satu cara ibu-ibu untuk keluar dari kegiatan sehari-hari yang monoton.
Dengan menghadiri majelis taklim juga, ibu-ibu memperoleh siraman Rohani untuk membantu menyeimbangkan hidupnya, antara dunia dan akhirat.
“Menurut saya pengajian itu kan santapan rohani, buat rohani kita, sudah pasti kalau kita menjalankan kehidupan keseharian yang monoton, kehidupan keseharian yang begitu-begitu saja, kita butuh siraman rohani, supaya kita bisa seimbang dalam kehidupan,” jelasnya.