REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Seorang pria Arab berusia 40 tahun ditembak mati di desa Jatt di Israel utara pada Jumat (10/2/2023). Layanan darurat menyatakan Mohammed Jabril Watd tewas di tempat kejadian dan seorang pria lain yang juga ditembak dalam insiden yang sama mengalami luka ringan.
Saat itu Watd sedang berada di halaman rumahnya bersama kerabat, kemudian dua orang keluar dari mobil dan menembaknya dari jarak dekat. Dilansir Haaretz, Sabtu (11/2/2023), polisi telah membuka penyelidikan atas insiden tersebut dan mulai mencari para penembak.
Watd diketahui adalah seorang polisi dan penembakan itu diyakini terkait dengan sengketa pidana. Sore harinya, seorang pria berusia 21 tahun ditembak di dekat pintu masuk Jisr al-Zarqa di Israel utara dan dievakuasi dalam kondisi terluka sedang, ke Hillel Yaffeh Medical Center, Hadera.
Tiga belas orang Arab telah terbunuh di komunitas Arab Israel sejak awal tahun ini. Pekan lalu empat orang Arab dibunuh dalam satu hari. Seorang penduduk Arara berusia 20 tahun dibunuh di Umm al-Fahm dan seorang pria berusia 24 tahun lainnya dibunuh di Jisr al-Zarqa.
Saadi bersaudara, berusia 28 dan 31 tahun, dibunuh di pintu masuk rumah mereka, tampaknya sebagai bagian dari konflik antara dua organisasi kejahatan. Mereka dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis namun meninggal tak lama kemudian.
Sejak awal tahun ini, tentara pendudukan telah mengeksekusi tujuh orang, melukai puluhan orang, dan menghancurkan banyak properti.
Keheningan komunitas internasional atas kejahatan, praktik, dan undang-undang rasis pendudukan Israel yang menargetkan rakyat Palestina kami dan keberadaan mereka, memungkinkan Israel untuk bertahan dengan kejahatannya dan menjadi negara di atas hukum, mencemooh semua perjanjian internasional, resolusi, dan prinsip hak asasi manusia.
Para pemimpin Arab, yang tergabung dalam Liga Arab, telah menekankan pentingnya koordinasi berkelanjutan di antara negara-negara Arab untuk meningkatkan keamanan nasional dan regional. Di sisi lain, didorong pula pembaruan penolakan dan tanggapan total terhadap pendekatan ekspansi dan dominasi dengan mengorbankan orang lain.
"Kami tidak akan membiarkan orang lain memaksakan nilai mereka pada kami, dan karena kami menghormati nilai dan budaya orang lain, kami berharap orang lain akan menghormati itu," kata Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan, yang memimpin Liga Arab.