Senin 06 Feb 2023 18:45 WIB

Masuk Abad Ke-2, Wapres: NU Harus Perkuat Umat Menghadapi Berbagai Masalah

Kiai Maruf menekankan, para kalangan Nahdliyin harus menjadi umat yang kuat

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Gita Amanda
Wakil Presiden RI KH Maruf Amin menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban I di Hotel Shangri-La Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/2/2023). Acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban I tersebut resmi dibuka dengan mengangkat tema membangun landasan fikih untuk perdamaian dan harmoni global.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Wakil Presiden RI KH Maruf Amin menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban I di Hotel Shangri-La Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/2/2023). Acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban I tersebut resmi dibuka dengan mengangkat tema membangun landasan fikih untuk perdamaian dan harmoni global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Maruf Amin berpesan agar Nadhlatul Ulama di abad kedua terus mempersiapkan diri memikul tanggung jawab keumatan. Kiai Maruf mengatakan, NU harus dapat berperan dalam memperkuat umat di tengah perkembangan zaman.

"Bagaimana umat harus disiapkan dengan baik, dikuatkan umat itu menjadi umat yang kuat yang mampu menghadapi berbagai masalah," ujar Kiai Maruf di sela kunjungan kerja ke Jawa Timur, Senin (6/2/2023).

Kiai Maruf menekankan, para kalangan Nahdliyin harus menjadi umat yang kuat karena tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga membimbing umat yang lain.

"Umat NU harus menjadi umat yang kuat karena dia harus membimbing umat yang lain," ujarnya.

Terakhir, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini berpesan agar NU berkontribusi tidak hanya untuk nasional tetapi juga untuk global. Sebab, di tengah tantangan zaman saat ini, diperlukan pemikiran-pemikiran yang sesuai dinamika perubahah zaman, salah satunya daru NU.

"Salah satu peran global itu adalah (Muktamar Internasional) fiqih peradaban, ini untuk memberikan kontribusi pemikiran terhadap bagaimana menyikapi perkembangan," ujar Kiai Maruf.

photo
Wakil Presiden RI KH Maruf Amin (kanan) memukul beduk disaksikan Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bishri (kedua kiri), Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar (tengah), Wakil Imam Akbar Al Azhar Muhammad al-Dhuwaini (kedua kanan), Katib Aam Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Said Asrori (kiri) saat meresmikan pembukaan acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban I di Hotel Shangri-La Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/2/2023). Acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban I tersebut resmi dibuka dengan mengangkat tema membangun landasan fikih untuk perdamaian dan harmoni global. - (Republika/Thoudy Badai)

 

Dalam peran Fiqih Peradaban tersebut, dia juga menyinggung perlunya pembaruan ketentuan hukum fiqih mengingat fiqih yang saat ini memungkinkan sudah tidak relevan lagi.

"Fiqih yang ada selama ini dibuat mungkin 100 tahun yang lalu, tantangan yang dihadapi juga 100 tahun yang lalu. Kemudian, kondisi kehidupan masyarakat pada waktu itu juga ada sering terjadi peperangan," ujarnya.

"Oleh karena itu fiqih sekarang itu harus dilakukan pembaruan sesuai dengan tantangan yang ada. jadi fikih baru, fiqih kontemporer, ini yang harus kita (pikirkan) tantangan dunia sekarang itu masih ada terjadi peperangan, terjadinya misalnya itu kerusakan lingkungan, terjadinya berbagai masalah internasional," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement