
Oleh : Ustadz Yendri Junaidi, Lc MA, dosen STIT Diniyah Putri Rahmah El Yunusiyah Padang Panjang dan Ketua Bidang Fatwa dan Hukum MUI Kota Tanah Datar
Lalu ketika orang tua ingin memperbaiki perilaku negatif pada anaknya ini bisakah dengan cara berdoa saja? Atau membaca ayat-ayat dan dzikir-dzikir tertentu sementara sikap dan bahasanya pada anak tidak dia perbaiki?
Disinilah briliannya Umar bin Khattab RA. Ketika ada seorang bapak mengadukan anaknya yang durhaka padanya, Umar tidak menyuruhnya membaca doa-doa tertentu. Dia teliti dulu akar permasalahannya.
Umar memanggil sang anak. Ia bertanya, “Apakah benar engkau durhaka pada ayahmu?”
“Benar wahai Amirul Mukminin,” jawab sang anak. “Mengapa engkau lakukan itu?,” tanya Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga punya hak terhadap orang tua?,” kata sang anak. “Iya, benar," jawab Umar.
“Ayahku tidak menunaikan kewajibannya terhadapku. Dia pilihkan ibuku (maksudnya ia menikah dengan) seorang wanita Zinjiy dari asal Majusi. Dia juga memberiku nama Khanfasa` (yang berarti kumbang). Dan ia tidak pernah mengajarkanku Alquran sama sekali.” Mendengar itu Umar berkata pada sang ayah:
لقد عققته قبل أن يعقك “Engkau telah mendurhakainya sebelum ia mendurhakaimu.”
(Riwayat ini disebutkan Dr Abdullah Nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyat al-Awlad. Sanad riwayat ini bermasalah. Namun substansinya bisa diambil hikmahnya).
Maka ketika anak rewel, melawan, punya kebiasaan buruk dan sebagainya, cari sumber masalahnya terlebih dahulu. Jangan-jangan kita telah mendurhakainya sehingga dia mendurhakai kita.
والله تعالى أعلم وأحكم