Kamis 26 Jan 2023 18:52 WIB

Nasihat Guru Sekumpul: Jangan Mau Dipecah Belah

Pada Kamis 26 Januari 2023 banyak orang menghadiri haul Guru Sekumpul di Martapura.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Haul Abah Guru Sekumpul. Seorang penjual foto Almarhum KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) menjajakan kepada jamaah yang padati jalan utama menuju makam Abah Guru Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan, Sabtu (9/3/2019).
Foto: Antara/Bayu Pratama S
Haul Abah Guru Sekumpul. Seorang penjual foto Almarhum KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) menjajakan kepada jamaah yang padati jalan utama menuju makam Abah Guru Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan, Sabtu (9/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama asal Martapura Kalimantan, Abah Guru Sekumpul bercerita tentang Syekh Samman Al-Madani. Syekh Samman Al-Madani adalah seorang wali Allah dari garis keturunan Hasan bin Ali dengan Fatimah az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW.

"Syekh Samman Al-Madani tidak ada bedanya dengan Sayyidina Hasan. Dari pusar ke rambut, persis Rasulullah. Kalau Sayyidina Husein, dari pusar sampai ke bawah, itu persis seperti Rasulullah," tutur Abah Guru Sekumpul dalam ceramahnya, seperti dikutup dari kanal youtube Nawa Muhammad.

Abah Guru Sekumpul menyampaikan, dada Syekh Samman penuh dengan ilmu agama. Hatinya penuh dengan akhlak mulia, dan badannya penuh dengan ibadah. Beliau termasuk Kutubul Akwan dan muridnya pun adalah Kutubul Akwan.

Kutubul Akwan, jelas Abah Guru Sekumpul, adalah orang-orang yang dikumpulkan oleh Allah SWT, yang di dalam dirinya terdapat tiga hal, yakni ilmu, ibadah, dan musibah.

"Kalau orang ada tiga ini, pertama ilmunya penuh, ibadahnya nonstop, balanya tambah berat terus, musuhnya tambah banyak, itulah disebut Kutubul Akwan, meski dia masih bayi," paparnya.

Dalam ceramah itu, Abah Guru Sekumpul juga menyinggung soal wali yang jahil. Dia mengatakan, banyak orang yang mengaku dirinya wali, padahal dukun dan punya sahabat setan.

"Kita semua baca Iyyaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin, bukan iyyaka na'budu wa dukun nasta'in. Betul gak. Bukan iyyaka na'budu wa partai nasta'in," ujar dia dalam ceramahnya.

Setelah menyampaikan hal tersebut, Abah Guru Sekumpul melanjutkan ceramahnya dengan menyinggung keberadaan orang-orang partai yang datang ke Sekumpul.

"Mau diapain kita ini ke sini? Mau dipolitikin? Apakah kita ini memang jual politik? Sopan santun dong, jangan bikin pecah belah umat Islam. Sudah kita bersatu di sekumpul. Jangan mau dipecah-belah orang. Yang pecah-belah itu setan, bin iblis bin jahannam. Begitu saudara-saudara," tegasnya.

Abah Guru Sekumpul menekankan, ulama harus netral. Terlebih, Ijma Situbondo (Muktamar NU ke-27 tahun 1984 di Situbondo) menyatakan bahwa semua ulama harus kembali pada khittah, untuk meneruskan risalah Rasulullah SAW.

"Semua ulama harus netral, apalagi ijma Situbondo menyatakan bahwa semua ulama harus kembali pada khittah yang asli, netral semata-mata meneruskan risalah Rasulullah, jangan ikut-ikutan di bidang su'udzon, sama dengan garis miring politikus. Jelas? Ada yang tersinggung?," demikian disampaikan Abah Guru Sekumpul dalam rekaman ceramahnya.

Abah Guru Sekumpul bernama asli Muhammad Zaini Abdul Ghani. Tepat pada Kamis (26/1/2023) ini, Haul Akbar ke-18 Abah Guru Sekumpul digelar di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Abah Guru Sekumpul adalah ulama yang lahir di Tunggul Irang, Martapura, Kabupaten Banjar, pada tanggal 11 Februari 1942 M atau 27 Muharram 1361 H. Wafat pada 10 Agustus 2005, di usianya yang ke 63 tahun. Dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga, dekat Mushola Ar Raudhah, Kalimantan Selatan.

Hingga saat ini, ceramah Abah Guru Sekumpul masih terus disuarakan oleh khalayak umat Muslim, khususnya di media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement