Selasa 10 Jan 2023 19:40 WIB

Menteri Prancis Sesalkan Pernyataan Sebut Muslim Bukan Bagian dari Prancis

Menteri Kehakiman Prancis mengatakan pernyataan itu tidak dapat ditoleransi.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
 Seorang wanita muslim melintasi polisi Prancis yang berjaga di luar masjid kota Paris. Menteri Prancis Sesalkan Pernyataan Sebut Muslim Bukan Bagian dari Prancis  (AP/Francois Mori)
Seorang wanita muslim melintasi polisi Prancis yang berjaga di luar masjid kota Paris. Menteri Prancis Sesalkan Pernyataan Sebut Muslim Bukan Bagian dari Prancis (AP/Francois Mori)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Meminggirkan Muslim karena bukan orang Prancis dapat memicu kebencian dan tidak dapat ditoleransi. Hal ini disampaikan Menteri Kehakiman Prancis Eric Dupond-Moretti.

"Mengatakan Muslim bukan warga Prancis tidak dapat ditoleransi," kata Dupond-Moretti kepada penyiar BFMTV pada Ahad lalu.

Baca Juga

Pernyataan itu disampaikan Eric Dupond-Moretti untuk mengkritik pernyataan penulis kontroversial Prancis, Michel Houellebecq. "Mengatakan mereka (Muslim) adalah perampok, ini memicu kebencian dan bertentangan dengan semua nilai saya," ujar Dupond-Moretti, dilansir dari Yeni Safak, Selasa (10/1/2023).

Menteri Kehakiman Prancis juga menyesalkan pernyataan seperti itu. "Lima belas tahun yang lalu, kami akan berada di garis depan untuk mencela mereka. Kami sudah terbiasa dengan ini. Inilah yang (filsuf) Hannah Arendt sebut banalitas kejahatan," ujarnya.

Banalitas kejahatan adalah frasa yang diciptakan oleh filsuf Hannah Arendt untuk menjelaskan fenomena orang-orang biasa yang melakukan kejahatan, terutama yang dilakukan pada skala besar. Arendt menggunakan frasa ini untuk menjelaskan tindakan Adolf Eichmann seorang pejabat tinggi Nazi yang memainkan peran penting dalam Holocaust, tetapi dalam persidangannya mengakui dia hanya mengikuti perintah.

Dalam sebuah percakapan majalah November lalu, Houellebecq mengatakan, "Orang-orang mempersenjatai diri, saya pikir tindakan perlawanan akan terjadi ketika seluruh wilayah jatuh di bawah kendali Islam. Serangan dan penembakan akan dilakukan di masjid, kedai kopi yang populer di kalangan umat Islam."

Houellebecq terkenal karena pandangan islamofobianya yang blak-blakan. Pada 2002, dia didakwa menghasut kebencian rasial, tetapi dibebaskan. Dalam majalah itu, dia dikutip menganjurkan supremasi kulit putih menjadi tren di Amerika Serikat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement