REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat memimpin paduan suara kritik internasional. Respon ini hadir menyusul kunjungan yang dilakukan Menteri Keamanan Nasional ekstrim kanan baru Israel ke kompleks masjid Al-Aqsa Yerusalem yang super sensitif, Selasa (3/1/2023) lalu.
Tindakan Itamar Ben-Gvir membuat marah orang-orang Palestina dan sekutu AS di dunia Arab. Di sisi lain, Pemerintah Barat memperingatkan tindakan semacam itu mengancam status quo yang rapuh di tempat-tempat suci Yerusalem.
"Pemerintah kami tidak akan menyerah pada ancaman Hamas," ucap Ben-Gvir dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh juru bicaranya, setelah kelompok militan Palestina itu memperingatkan bahwa langkah tersebut "berbahaya".
Malam hari setelah kunjungan tersebut, militan di Gaza yang dikuasai Hamas menembakkan roket ke Israel. Tentara Israel menyebut aksi ini gagal dan menghantam tanah di dalam kantong Palestina.
Kunjungan Ben-Gvir dilakukan beberapa hari setelah dia menjabat sebagai menteri keamanan nasional. Dengan kekuasaan atas polisi, hal ini mendorong keputusannya untuk memasuki situs yang sangat sensitif itu.
Masjid Al-Aqsa adalah tempat tersuci ketiga dalam Islam dan situs paling suci bagi orang Yahudi, yang menyebut kompleks itu sebagai Temple Mount. Di bawah status quo lama, non-Muslim dapat mengunjungi situs tersebut pada waktu-waktu tertentu tetapi tidak diizinkan untuk berdoa di sana.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang Yahudi yang mana kebanyakan dari mereka adalah nasionalis Israel, diam-diam berdoa di kompleks tersebut. Perkembangan ini termasuk hal yang dikecam oleh warga Palestina.
UEA dan Maroko, yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada 2020, keduanya menentang tindakan Ben-Gvir. Abu Dhabi mengutuk keras penyerbuan halaman Masjid Al-Aqsa oleh seorang menteri Israel, sementara Rabat mengimbau agar setiap pihak menghindari eskalasi dan tindakan sepihak dan provokatif.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, mengatakan perubahan atas status quo situs suci Jerualem tidak akan bisa diterima. Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan, Amerika Serikat sangat prihatin dengan kunjungan Ben-Gvir, yang dapat memprovokasi kekerasan.
Dilansir di Albawaba, Jumat (6/1/2023), juru bicara PBB mengatakan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menyerukan semua orang untuk menahan diri dari langkah-langkah yang dapat meningkatkan ketegangan di dalam dan sekitar tempat suci.
Duta Besar Jerman untuk Israel mengatakan, status quo telah lama membantu menjaga perdamaian dan keamanan yang rapuh di sekitar tempat suci. Pihaknya mendesak semua pihak untuk menghindari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan.
Berlokasi di Kota Tua Yerusalem timur yang dianeksasi Israel, kompleks tersebut dikelola oleh dewan urusan Wakaf Islam Yordania, dengan pasukan Israel beroperasi di sana dan mengontrol aksesnya.
Setelah kunjungannya, Ben-Gvir bersumpah mempertahankan kebebasan bergerak bagi Muslim dan Kristen, tetapi orang Yahudi juga memiliki kesempatan ke Temple Mount. Adapun mereka yang membuat ancaman harus ditangani dengan tangan besi.
Politisi tersebut telah melobi untuk mengizinkan doa Yahudi di kompleks tersebut, sebuah langkah yang ditentang oleh otoritas kerabian arus utama. Kepala rabi Sephardi Israel, Yitzhak Yosef, menulis kepada Ben-Gvir pada hari yang sama kunjungan itu berlangsung.
"Apa yang akan dikatakan orang ketika mereka melihat seorang menteri, seorang Yahudi yang taat, yang mencemooh posisi rabi?" ujar dia.
Juru bicara kementerian luar negeri Yordania Sinan Majali mengatakan Amman telah memanggil duta besar Israel, untuk menyampaikan pesan protes tentang kecerobohan menteri keamanan nasional Israel dalam menyerbu masjid Al-Aqsa yang diberkati. Di sisi lain, Arab Saudi selaku rumah bagi situs paling suci dalam Islam, mengutuk praktik provokatif Ben-Gvir.
Musuh bebuyutan Israel, Iran, menyebut kunjungan itu sebagai pelanggaran peraturan internasional dan penghinaan terhadap nilai-nilai dan kesucian umat Islam. Kepala kelompok militan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, Hassan Nasrallah, mengatakan serangan Israel di tempat suci Yerusalem tidak hanya akan meledakkan situasi di dalam Palestina, tetapi mungkin meledakkan seluruh wilayah.
Meskipun Ben-Gvir telah mengunjungi kompleks tersebut berkali-kali sejak menjadi anggota parlemen pada April 2021, kehadirannya sebagai menteri utama sangatlah signifikan.
Kunjungan kontroversial pada 2000 oleh pemimpin oposisi saat itu Ariel Sharon adalah salah satu pemicu utama intifada Palestina kedua, atau pemberontakan, yang berlangsung hingga 2005.
Kementerian luar negeri Palestina menyebut kunjungan Ben-Gvir sebagai ancaman serius. Tidak hanya itu, Juru bicara Hamas Hazem Qassem menganggapnya sebagai kejahatan dan bersumpah kompleks masjid akan tetap menjadi milik Palestina, Arab, Islami.
Sumber:
https://www.albawaba.com/news/world-condemns-ben-gvir-s-visit-aqsa-mosque-1504254