Kamis 05 Jan 2023 06:28 WIB

Dunia Kecam Provokasi Menteri Israel ke Masjid Al Aqsa

Provokasi menteri Israel ke Masjid Al Aqsa dikecam dunia.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
 Dunia Kecam Provokasi Menteri Israel ke Masjid Al Aqsa. Foto:   Jemaah Yahudi mengunjungi Temple Mount di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia, di Kota Tua Yerusalem, Selasa, 3 Januari 2023. Itamar Ben-Gvir, seorang menteri Kabinet Israel ultranasionalis, mengunjungi flashpoint Situs suci Yerusalem Selasa untuk pertama kalinya sejak menjabat dalam pemerintahan baru sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pekan lalu. Kunjungan tersebut dilihat oleh warga Palestina sebagai provokasi.
Foto:

UEA juga mengutuk penyerbuan yang dilakukan oleh Ben-Gvir ke Al-Aqsa, yang mana hal ini juga diamini oleh Kuwait.

Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menjaga komitmennya terhadap tempat-tempat suci. Mereka juga menambahkan Amerika Serikat berdiri teguh untuk pelestarian status quo sehubungan dengan tempat-tempat suci di Yerusalem.

“Setiap tindakan sepihak yang membahayakan status quo tidak dapat diterima,” ujar mereka.

Setelah kunjungannya, Ben-Gvir membuat sebuah unggahan di akun //Twitter// dan menyebut pemerintah Israel tidak pernah menyerah pada ancaman Hamas. Temple Mount (Masjid Al-Aqsa) adalah tempat terpenting bagi orang Israel.

“Kami mempertahankan kebebasan beribadah bagi Muslim dan Kristen, tetapi orang-orang Yahudi juga memiliki hak untuk pergi ke tempat itu. Kita harus menghadapi tangan besi terhadap siapa pun yang mengancam kita," tulisnya.

Menteri Awqaf dan Urusan Agama Palestina Hatem Al-Bakri mengatakan pemukim Israel telah meningkatkan serangannya ke Al-Aqsa selama bulan Desember 2022 lalu.

Radio Angkatan Darat Israel melaporkan  kepala badan keamanan negara Shin Bet dan kepala polisi Israel telah memberikan lampu hijau untuk perjalanan Ben-Gvir. Layanan keamanan Israel pun meningkatkan status siaga setelah kunjungan tersebut dan ancaman dari Hamas dan Jihad Islam.

Faksi Palestina meminta orang-orang di Tepi Barat untuk meningkatkan penentangan mereka terhadap tentara dan pemukim Israel untuk mempertahankan Al-Aqsa. Mereka juga meminta Otoritas Palestina untuk menghentikan koordinasi keamanan dengan militer Israel.

Seorang profesor ilmu politik di Universitas Al-Azhar di Gaza, Mukhaimer Abu Saada, mengatakan Netanyahu dan Ben-Gvir menyesatkan warga Palestina tentang kunjungan tersebut. Hal ini terjadi ketika tidak ada warga Palestina di dalam Masjid Al-Aqsa.

“Saya percaya  Hamas tidak akan melakukan eskalasi bersenjata, tetapi mungkin bereaksi secara tidak langsung dalam beberapa hari mendatang, baik dengan menembakkan rudal atau menembak pasukan Israel yang dikerahkan di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza," kata Saada.

Jika kunjungan Ben-Gvir dilakukan secara terbuka, ia menyebut hal itu akan dipahami sebagai tantangan bagi Hamas dan situasinya akan menjadi lebih sulit dan rumit.

Seorang juru bicara Kedutaan Besar AS mengatakan Duta Besar untuk Israel Tom Nides telah sangat jelas dalam percakapan dengan pemerintah Israel, tentang masalah mempertahankan status quo di tempat-tempat suci Yerusalem. Tindakan yang mencegah hal itu tidak dapat diterima.

Juru bicara kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh, mengatakan kunjungan Ben-Gvir merupakan tantangan bagi rakyat Palestina, bangsa Arab dan komunitas internasional.

 

 

Sebuah pernyataan dari Inggris mengatakan mereka prihatin dengan kunjungan menteri Ben-Gvir ke Haram Al-Sharif/Temple Mount. Inggris tetap berkomitmen pada status quo, yang mana semua pihak harus menghindari tindakan yang mengobarkan ketegangan dan merusak tujuan perdamaian.

Kunjungan Ben-Gvir terjadi hanya beberapa hari setelah dia menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional, dengan kekuasaan atas polisi.

Masjid Al-Aqsa merupakan tempat tersuci ketiga dalam Islam dan situs paling suci bagi orang Yahudi, yang menyebut kompleks itu sebagai Temple Mount. Di bawah perjanjian lama, non-Muslim dapat mengunjungi situs tersebut pada waktu tertentu tetapi tidak diizinkan untuk berdoa di sana.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang Yahudi yang mana kebanyakan dari mereka adalah nasionalis Israel, diam-diam berdoa di kompleks tersebut.

Terletak di Kota Tua Yerusalem Timur yang dianeksasi Israel, kompleks ini dikelola oleh Dewan Wakaf Yordania, dengan pasukan Israel beroperasi di sana dan mengontrol akses.

Di luar kerusuhan atas kedatangan Ben-Gvir, pasukan Israel dilaporkan menembak mati Adam Ayad, selama serangan mereka ke kamp pengungsi Dheisheh di Bethlehem Selasa pagi.

Kematian pemuda berusia 16 tahun ini menjadikan tiga jumlah warga Palestina dibunuh oleh pasukan Israel dalam tiga hari pertama tahun 2023. Aksi protes komprehensif telah diumumkan di Bethlehem.  

Sumber:

https://www.arabnews.com/node/2225961/middle-east

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement