Pada 1973, ikon Brasil dan tim Santos mengunjungi Mesir, di mana mereka memainkan laga persahabatan melawan Al-Ahly di Stadion Internasional Kairo. Pele mengatakan kepada wartawan di bandara Kairo dia akan mencetak dua gol, persis seperti yang dia lakukan saat menang 5-0 dengan nyaman.
"Pada tahun 1973 kami memulai satu tahun perjalanan lagi. Kami bermain di negara-negara Teluk Persia. Kami bermain di Mesir dan Sudan, di Afrika dan Eropa,” kenang Pele dalam otobiografinya.
Perjalanan ke Sudan menampilkan pertandingan melawan Al-Hilal di kota Omurdman, sementara kunjungan ke Teluk membawa pemain Brasil itu ke Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab. Di Qatar, yang baru saja merdeka dari pemerintahan Inggris, Santos mengalahkan tim lokal Al-Ahli 3-0 di Stadion Doha yang berkapasitas 2.000 penonton.
Seminggu kemudian, tim Santos, yang menampilkan sesama pemenang Piala Dunia Carlos Alberto, Djalma Santos dan Clodoaldo, mengunjungi UEA yang juga baru merdeka. Mereka mengalahkan Al-Nasr 4-1 di Dubai, yang pertama dari banyak kunjungan Pele ke Emirates.
Hari-hari damai Lebanon sebelum perang
Setelah menghabiskan 18 tahun di Santos, Pele awalnya pensiun dari sepak bola klub pada 1974, tiga tahun setelah pensiun dari sepak bola internasional, tetapi dia tidak berhenti memainkan permainan yang indah. Pada April 1975, hanya beberapa hari sebelum dimulainya perang saudara selama 15 tahun, Pele melakukan perjalanan ke Lebanon sebagai bagian dari tur sepak bola internasional.
Legenda Brasil itu berpartisipasi dalam laga persahabatan antara tim Liga Utama Lebanon Nejmeh dan kumpulan pemain dari seluruh universitas berbahasa Prancis. Pele memulai pertandingan sebagai penjaga gawang sebelum bermain di lapangan dan membantu Nejmeh meraih kemenangan 2-0. Perjalanannya selama seminggu termasuk memberikan sesi pelatihan di American University of Beirut.
Beberapa hari setelah dia pergi, orang-orang bersenjata Falangis membunuh 30 pengungsi Palestina di sebuah bus di distrik Ain al-Rummaneh di Beirut, yang kemudian dikenal sebagai Sabtu Hitam. Tragedi ini memicu perang saudara yang akan menghancurkan negara itu hingga 1990.