REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Universitas Muhammadiyah Purwokerto melakukan kunjungan ke Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Gondomanan, Kota Yogyakarta, DIY, Jumat (23/12/2022). Kunjungan ini diikuti mahasiswa internasional yang tengah menempuh pendidikan di UMP.
Mulai dari mahasiswa yang berasal dari Yaman, dari Bangladesh, hingga mahasiswa yang berasal dari Thailand.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir pun memberikan materi terkait kemuhammadiyahan.
Haedar menuturkan, Muhammadiyah membawa misi pembaruan dan membawa misi untuk menghadirkan Islam sebagai religion of progress.
"Muhammadiyah tidak hanya menjadikan Islam sebagai wacana, tetapi Muhammadiyah ingin menghadirkan Islam sebagai contoh dan role model yang menunjukkan bahwa kaum Muslim karena paham keislamannya itu, merupakan golongan yang khaira ummah, umat yang terbaik," kata Haedar di Kantor PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, Jumat (23/12/2022).
Dilengkapi dengan organisasi perempuannya, 'Aisyiyah, juga menjadi pelopor dalam gerakan perempuan yang maju.
'Aisyiyah, kata Haedar, hadir untuk membangun pandangan Islam, dimana derajat perempuan dan laki-laki sama. "Bahkan voucher untuk masuk surga itu sama bagi laki-laki dan perempuan," ujar Haedar.
Sebagai organisasi Islam yang concern di bidang pendidikan, Muhammadiyah terus berupaya membangun peradaban dengan membangun berbagai pusat pembelajaran. Mulai dengan membangun sekolah dari jenjang Paud hingga SMA/SMK, hingga membangun perguruan tinggi.
Sekolah maupun perguruan tinggi Muhammadiyah tersebar di seluruh pulau di Indonesia, termasuk Papua. Haedar menyebut, saat ini Muhammadiyah sudah memiliki 173 perguruan tinggi.
Di Papua sendiri, ada empat perguruan tinggi Muhammadiyah yang sudah dibangun. Yakni di Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Manokwari dan Jayapura.
"Tidak ada organisasi Islam lain yang punya universitas seperti itu, karena Muhammadiyah menerjemahkan Islam sebagai ismul hadrah, lewat pendidikan," tambah Haedar.
Bahkan, sekolah dan perguruan tinggi yang dibangun Muhammadiyah hingga di luar negeri. Seperti universitas Muhammadiyah yang sudah dibangun di Australia dan Malaysia.
Muhammadiyah, katanya, akan terus melakukan internasionalisasi dengan membangun sekolah dan perguruan tinggi lainnya di luar negeri.
Baca juga: Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
"Nanti berkembang lagi bikin universitas di berbagai negara, ini baru tingkat awal internasionalisasi Muhammadiyah," katanya.
"Di Lebanon kita bikin dua sekolah madrasah untuk anak-anak Palestina. Itu cara kita membuktikan Islam sebagai rahmatan lil 'alamin," tambah Haedar.
Sementara, Rektor UMP, Jebul Suroso mengatakan, capaian mahasiswa baru di 2022 ini naik sebesar 25 persen dibanding tahun lalu. Jumlah mahasiswa baru pun naik dari tiga ribu lebih mahasiswa menjadi lebih dari empat ribu mahasiswa baru.
"Kedepan kita akan perkuat lagi di akademik dan di beberapa perkembangan. Oleh karena itu peran kantor urusan internasional (UMP) dan mahasiswa internasional juga akan kita kuatkan," kata Suroso.
Lebih lanjut, Suroso menyebut, pihaknya juga memfasilitasi mahasiswa asing dengan beasiswa. Salah satunya melalui program Rector Scholarship. "Kita terus meningkatkan area cakupan mahasiswa internasional kita," ujarnya.