REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Fatima Garcia tampak mengenakan jilbab dan abaya hitam saat dia berjalan ke sebuah masjid di Doha untuk belajar tentang Islam. Ia pergi ke Qatar untuk menikmati Piala Dunia bersama teman-temannya.
Pengunjung dari El Salvador itu mengambil cuti sehari dari sepak bola untuk pergi melihat-lihat Masjid Katara di Doha, di mana para pengkhotbah telah memperkenalkan Islam dalam berbagai bahasa kepada para penggemar yang ingin tahu dari seluruh dunia.
“Qatar adalah perkenalan pertama saya terhadap Islam,” kata Garcia di dalam rumah ibadah itu, yang juga dikenal sebagai masjid biru karena ubin pirusnya yang indah.
“Qatar telah menjadi petualangan yang mengubah hidup karena memberi Anda perspektif tentang budaya yang berbeda,” jelasnya seperti dikutip dari religionnews, Selasa (20/12/2022).
Ratusan ribu pengunjung telah datang ke Qatar selama gelaran Piala Dunia 2022. Bagi banyak orang, ini adalah kunjungan pertama mereka ke negara Muslim. Mereka yang tidak menjelajah jauh di luar stadion dan hotel mewah Doha hanya akan memiliki paparan terbatas pada agama negara tersebut.
Misalnya, mereka hanya akan mendengar adzan dari kejauhan atau menyaksikan umat Islam bersujud di tempat sholat yang ada di stadion, bandara, dan hotel. Namun, bagi mereka yang penasaran untuk mengetahui lebih banyak tentang Islam, otoritas Qatar dan pemuka agama sangat ingin membantu.
Masjid-masjid di Watar menawarkan tur multibahasa kepada pengunjung dan Pusat Kebudayaan Islam di Doha menawarkan tur virtual reality ke kota suci Makkah. Stan-stan di lokasi wisata juga membagikan Alquean gratis dan brosur tentang Islam tersedia di lobi hotel.
Papan reklame telah dipasang di seluruh Doha yang menampilkan pemain anggar Olimpiade AS, Ibtihaj Muhammad dan tokoh Muslim lainnya sebagai bagian dari kampanye yang mendorong orang untuk menjelajahi Islam.
“Mengapa selama Piala Dunia? Semua orang datang ke sini dari seluruh dunia ke Qatar, sebuah negara Muslim, dan ini adalah kesempatan untuk mendidik orang-orang tentang iman,” kata Abu Huraira, seorang relawan dari Explore Islam Foundation, serta Islam dan Muslims Initiative.
Pejabat Qatar mengatakan mereka berharap turnamen ini akan membantu memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pengunjung tentang budaya mereka dan wilayah yang lebih luas.
Qatar mengikuti bentuk Islam Sunni ultrakonservatif yang dikenal sebagai Wahabisme. Tetapi tidak seperti negara tetangga Arab Saudi, di mana kepatuhan terhadap Wahabisme menyebabkan pemisahan ketat antara pria dan wanita yang belum menikah, melarang wanita mengemudi dan melarang konser, bioskop, dan bahkan yoga selama beberapa dekade. Qatar telah lama mensponsori seni, mengizinkan wanita untuk berpartisipasi dalam tingkat pemerintahan yang tinggi dan mendorong wisatawan untuk merasa nyaman.
Sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar telah menghadapi kritik keras atas masalah hak asasi manusia, termasuk perlakuan terhadap pekerja migran, dan tuduhan “Sportswashing” atau mencoba menggunakan prestise acara tersebut untuk membentuk kembali citranya.
Para pejabat Qatar berpendapat bahwa kemajuan dan prestasi bangsa diabaikan. Emir Qatar, Tamim bin Hamad al-Tsani mengatakan, beberapa kritik terhadap negara Arab dan negara Muslim pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia termasuk "rekayasa dan standar ganda."
Kembali ke dalam masjid Katara bergaya Ottoman yang berornamen, Riffat Ishfaq, seorang pemandu dari Pakistan, mengatakan kepada Garcia bahwa itu dirancang oleh desainer interior Turki Zeynep Fadillioglu, yang nama depannya adalah bentuk Turki dari nama putri sulung Nabi Muhammad.
Ishfaq menjelaskan, ubinnya buatan tangan, tiang-tiangnya dilapisi kulit dan atap kubahnya terbuat dari emas. Di akhir tur, Garcia juga mempelajari mengapa wanita berpakaian sopan dalam Islam dan asal muasal agama tersebut.
“Kami ingin memberitahu orang-orang tentang Islam. Kami merasa bangga dengan identitas kami,” kata Ishfaq, sebelum memberi tahu Garcia untuk menyimpan abaya sebagai hadiah perpisahan. “Ini membantu menghilangkan kesalahpahaman,” imbuhnya.
Di dekatnya, Sergio Morales, seorang Guatemala yang datang untuk menyaksikan seluruh pertandingan Piala Dunia, kemudian berjalan keluar dari masjid menuju stan yang terletak di pintu masuk tempat dia meminta salinan Alquran gratis.
“Hari ini saya jadi tertarik karena pemandu tur-nya berbahasa Spanyol dan saya bisa mengerti semuanya,” ujarnya. “Harus ada pemandu dalam bahasa Spanyol di setiap masjid karena banyak sekali orang Amerika Latin yang datang ke negara-negara ini,” kata Sergio.
Stan dengan Alquran gratis dan buklet memperkenalkan agama dalam beberapa bahasa juga tersedia di gang-gang berbatu yang berkelok-kelok di Souq Waqif, bazar tertua di ibu kota tempat menyimpan rempah-rempah dan parfum, serta syal sutra.
Hanya beberapa langkah dari sana, pengunjung Piala Dunia berjalan ke gedung Pusat Kebudayaan Islam Abdullah Bin Zaid Al-Mahmoud yang berbentuk spiral, untuk melakukan tur dan kunjungan ke masjid.
Carlos Bustos, Mireya Arias dan putra mereka, Jacobo yang berusia delapan tahun dan Matias yang berusia 13 tahun mengunjungi pusat kebudayaan tersebut. Keluarga asal Kolombia ini membaca informasi di plakat besar tentang kontribusi dunia Islam terhadap kedokteran, sains, matematika, dan arsitektur.
“Apa yang kami lihat adalah bahwa mereka berusaha mengubah citra yang kami miliki di Barat dalam memandang Islam. Itu menghancurkan penghalang itu, ”kata Carlos Bustos, yang bersama putra-putranya mengenakan pakaian tradisional Qatar.
“Mereka memberi tahu kami bahwa kami sangat berbeda tetapi kami melihat lebih banyak kesamaan daripada perbedaan,” katanya.
Sedangkan istrinya, Mireya Arias, mengagumi pengabdian umat Islam pada iman mereka dan bagaimana mereka mengikuti azan. Ia juga mengapresiasi upaya yang dilakukan Qatar untuk memperkenalkan Islam kepada para pengunjung.
“Mereka telah menggunakan banyak strategi untuk lebih dekat dengan pengunjung, agar kami mengerti dan belajar,” katanya. “Saat Anda berada di bus yang membawa Anda ke stadion (Piala Dunia), Anda menunjuk ke kode QR dan memberi Anda penjelasan tentang Alquran,” jelasnya.
Museum Seni Islam Doha juga menawarkan sekilas keyakinan dan ritual keagamaan. Pengunjung dapat membaca tentang lima rukun Islam atau belajar tentang ritual haji dan praktik penguburan yang berbeda di dunia Islam.
“Semakin Anda memahami budaya Islam ini, semakin mempesona,” kata Jose Antonio Tinoco, seorang pengunjung museum Brasil, yang mengenakan seragam sepak bola negaranya. “Bagian terpenting dari museum bagi saya adalah bagian tentang Islam,” tutupnya.