Jumat 16 Dec 2022 20:09 WIB

Netanyahu: Perdamaian Arab Saudi-Israel akan Akhiri Konflik Palestina

Netanyahu menyarankan memperluas Abraham Accords 2020 ke negara-negara Arab.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Pemimpin Partai Likud Israel Benjamin Netanyahu membuat pernyataan setelah Presiden Israel Isaac Herzog menugaskannya untuk membentuk pemerintahan, di Yerusalem, Ahad, 13 November 2022. melayani pemimpin kembali berkuasa setelah jeda satu tahun. Dengan Netanyahu datang apa yang diharapkan menjadi koalisi sayap kanan paling Israel yang pernah ada. Netanyahu: Perdamaian Arab Saudi-Israel akan Akhiri Konflik Palestina
Foto: AP Photo/ Maya Alleruzzo
Pemimpin Partai Likud Israel Benjamin Netanyahu membuat pernyataan setelah Presiden Israel Isaac Herzog menugaskannya untuk membentuk pemerintahan, di Yerusalem, Ahad, 13 November 2022. melayani pemimpin kembali berkuasa setelah jeda satu tahun. Dengan Netanyahu datang apa yang diharapkan menjadi koalisi sayap kanan paling Israel yang pernah ada. Netanyahu: Perdamaian Arab Saudi-Israel akan Akhiri Konflik Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Prakarsa perdamaian antara Israel dan Arab Saudi disebut-sebut akan mengarah pada penyelesaian konflik Israel-Palestina. Hal ini disampaikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada Al Arabiya, Rabu (14/12/2022).

Netanyahu menyarankan memperluas kemajuan yang dibuat Abraham Accords 2020 ke negara-negara Arab lainnya. Hal ini dinilai akan menjadi rute perdamaian yang lebih efektif daripada terlibat langsung dengan para pemimpin Palestina, yang dia klaim tidak mau mengakui Negara Israel.

Baca Juga

“Saya pikir perdamaian dengan Arab Saudi akan memiliki dua tujuan. Ini akan menjadi lompatan besar untuk perdamaian keseluruhan antara Israel dan dunia Arab dan mengubah wilayah kita dengan cara yang tak terbayangkan,” katanya dikutip di Al Arabiya, Jumat (16/12/2022).

Pada akhirnya, ia juga menyebut cara ini akan memfasilitasi perdamaian antara Palestina dan Israel. "Saya percaya itu. Saya berniat untuk mengejarnya,” lanjutnya

Netanyahu lantas menyalahkan para pemimpin Palestina atas kegagalan mencapai perdamaian. Alasan pihaknya tidak memiliki perdamaian Israel-Palestina adalah karena kepemimpinan Palestina selama seabad terakhir menolak melakukan apa yang akhirnya terjadi di seluruh dunia Arab.

"Itu adalah untuk mengakui Negara Israel disini untuk tinggal. Namun untuk mencapai perdamaian dengan Arab Saudi, rumah Islam dan ekonomi terbesar dunia Arab, terserah kepemimpinan Arab Saudi," lanjutnya.

Arab Saudi secara historis menjadi salah satu pendukung terbesar perjuangan Palestina. Mereka berulang kali menyatakan perlu melihat kondisi negara Palestina, sebelum melanjutkan potensi normalisasi dengan Israel.

Meskipun Kerajaan belum secara resmi mengomentari terkait Abraham Accords, inisiatif perdamaian antara Israel, Uni Emirat Arab dan Bahrain, namun ada tanda-tanda pencairan hubungan dalam beberapa tahun terakhir. Tak lama setelah perjanjian ditandatangani, Arab Saudi mengumumkan penerbangan dari semua negara, termasuk Israel, dapat melintasi wilayah udaranya untuk mencapai UEA.

Dalam wawancara Oktober 2020 dengan Al Arabiya, mantan duta besar Saudi yang berpengaruh untuk AS Bandar bin Sultan mengatakan, perjuangan Palestina adalah tujuan yang adil, tetapi pendukungnya adalah kegagalan. "Dan perjuangan Israel tidak adil, tetapi pendukungnya telah terbukti berhasil,” ujar dia.

Pada 2002, Arab Saudi mempelopori Prakarsa Perdamaian Arab. Proposal ini bertujuan untuk mencapai perdamaian Arab-Israel jika Israel setuju membalikkan semua pendudukan wilayah Arab.

Ketika ditanya tentang inisiatif tersebut dan apakah dia siap untuk menggunakannya sebagai cetak biru, Netanyahu menghindari komitmen terhadap persyaratan yang telah ditetapkan. Dia mengatakan itu adalah indikasi keinginan untuk mengakhiri konflik dalam segala hal. "Tapi saya pikir 20 tahun kemudian kita perlu memiliki pandangan baru," lanjutnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement