REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Piala Dunia tahun ini menyedot perhatian masyarakat dunia dengan berbagai keunikan dan sejarah baru yang tercetak. Terutama dengan tampilnya Timnas Maroko yang secara fantastis dapat menumbangkan tim-tim besar Eropa yang selama ini menjadi 'jawara' Piala Dunia.
Kesuksesan Maroko membawa citra Asia, Afrika, dan juga Islam ke ranah yang belum pernah dibicarakan orang sebelumnya. Ini menjadi indikasi bahwa mereka bukan sekadar membugarkan badan, tapi juga mengamalkan nilai Islam dengan menjunjung tinggi sportivitas dan akhlak dalam permainan mereka.
Ketua PBNU KH Ahmad Fahrur Rozi mengatakan, sportivitas merupakan kata sifat yang berarti jujur dan kesatria atau gagah. Adapun sportivitas dalam olahraga mempunyai arti bahwa orang yang melakukan olahraga tersebut harus memiliki kejujuran dan sikap ksatria dalam bertindak dan berperilaku saat berolahraga.
"Orang dengan sportivitasnya saat melakukan pertandingan, katakanlah sepak bola, maka sesungguhnya ia sedang bersikap ksatria dan berlaku jujur," kata Gus Fahrur saat dihubungi Republika, Rabu (14/12/2022).
Dia menjabarkan, sportivitas merupakan sikap disiplin, mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama, terutama saat mengikuti suatu pertandingan atau perlombaan olahraga. Menurutnya, sportivitas masuk ke dalam wilayah umum moralitas dalam konteks olahraga.
Dekan Fakultas Unida Gontor Amal Fadholah mengatakan, kata sportivitas sering muncul belakangan ini seiring dengan momen keberhasilan Timnas Maroko di Piala Dunia. Sprotivitas itu, kata dia, mengandung kata sifat yang bisa bermakna jujur-kstaria, gagah.
"Adapun jika ia kata benda, maka bermakna seseorang yang melakukan suatu tindakan sesuai ketentuan. Sehingga kata ini kerap berkaitan dengan moralitas dan karakter," ujarnya.
Dia menjelaskan, sportivitas itu sendiri bisa dimaknai prilaku yang menyangkut benar dan salah atau kepatuhan dan tidak kepatuhan dalam sebuah aturan. Sehingga di dalam sportivitas ada unsur kejujuran, keadilan, dan di sisi lain mau mengakui kelebihan atau prestasi orang lain.
Untuk itu dia melihat bahwa dalam sportivitas terdapat makna positif bahwa jika seseorang berani untuk berkompetisi, maka di sisi lainnya ia harus mempunyai sikap untuk mengakui kelebihan orang lain.
"Dalam bahasa lainnya, sprotivitas bisa disebut dengan fair play," kata dia.
Dikarenakan sportivitas berkaitan erat dengan perilaku, dia menekankan bahwa di dalam Islam perilaku juga sangat berhubungan dengan akhlak. Di mana akhlak secara jamak dalam bahasa Arab berasal dari kata khulqun yang berarti budi pekerti. Sehingga ketika ada satu tim melegenda seperti Maroko yang cukup agamis dan Muslim, kata dia, maka orang akan mengaitkan perilaku pemain di lapangan itu dengan keberhasilan timnya.
Di sisi lain ia menambahkan, akhlak dimulai dengan keimanan, dilanjutkan dengan menjalankan ibadah, barulah kemudian menghasilkan akhlak. Sehingga, menurut dia, ketika publik melihat sikap dan perilaku Timnas Maroko yang begitu santun dan menorehkan prestasi, maka umat Islam dapat mengaitkan itu dengan sikap di lapangan, akhlaknya.
Adapun sportivitas dalam Islam sendiri kerap dicontohkan oleh Rasulullah. Di mana dalam spektrum olahraga, Islam memaknainya dengan dua hal. Yakni olahraga sebagai hiburan yang sesuai dengan aturan dan tidak merusak, dan kedua bahwa olahraga dimaknai sebagai suatu upaya menggerakkan fisik agar sehat.
Umat Islam dalam hal ini meniru setiap teladan Rasulullah SAW, sebab akhlak beliau lah yang paling mulia. Mengenai akhlak, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 21 yang artinya, "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yakni) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah,".