REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memaparkan pesan penting tentang negara dan bangsa dalam kegiatan Halaqoh Fikih Peradaban yang digelar di Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu.
Katib PBNU KH Hilmy Muhammad mengatakan dalam Islam tidak dikenal konsep tentang pemerintah dan negara, namun Islam memberikan panduan pemerintah yang ujungnya untuk memberi kesejahteraan pada masyarakat.
Di antara panduan itu, ujar dia, adalah prinsip pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah dan ada sedikit perbedaan permusyawaratan di Indonesia dengan demokrasi.
"Dalam Islam dikenal ahlul halli wal-aqdi, keterwakilan oleh para ulama dan intelektual dalam satu lembaga untuk bermusyawarah. Hal itu berbeda dengan demokrasi karena demokrasi asal orang dengan jumlah banyak itulah yang menang," ujar kiai dari keluarga Pesantren Krapyak Yogyakarta itu pula.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI dari Yogyakarta itu mengingatkan kehadiran negara harus berorientasi dengan kesejahteraan, stabilitas keamanan, sehingga di sana letak pentingnya pemahaman siyasah wathoniyah (politik kebangsaan), siyasah ilahiyah (politik keilahian).
Menurutnya, kenyataan soal Tanah Air dalam wujud negara di bumi Nusantara adalah Al-wathon al-khas, al-balad al-khas tanah air secara khusus, yang telah didirikan dan dibangun serta mendapat dukungan mayoritas umat Islam.
"Kita mengenal Hubbul wathan minal iiman (Cinta Tanah Air bagian dari iman) karena kita berada di Indonesia. Hal itu sudah ditegaskan para ulama terdahulu, khususnya muassis (pendiri) Nahdlatul Ulama," katanya lagi.
Ia pun menyitir pemikiran Hujjatul Islam Imam al-Ghazali, penulis magnum opus Kitab Ihya' Ulummiddin yang mengatakan "Negara dan agama adalah saudara kembar. Agama merupakan dasar, sedangkan negara adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh, dan dasar tanpa penjaganya akan hilang".
Selain KH Hilmy Muhammad, juga hadir sebagai pembicara Wakil Sekjen PBNU KH Silahuddin dimoderatori Gus Muhammad Syakur Dewa dari Pondok Pesantren Patemon Probolinggo dan dihadiri kalangan kiai pondok pesantren dan jajaran PCNU se- Kraksaan Raya. Hadir di antaranya adalah KH Wasih, kiai sepuh di kawasan Tapal Kuda, Jawa Timur.