REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Perspectives Musulmanes Movement mempresentasikan diskusi panel di Paris, Jumat (10/11/2022). Diskusi ini melibatkan Anggota Fakultas Universitas Turki-Jerman Enes Bayrakli dan anggota CAGE UK Shezana Hafiz.
Bayrakli menggunakan contoh-contoh dari Laporan Islamofobia Eropa 2021 oleh kelompok tersebut untuk menjelaskan Islamofobia di seluruh Eropa, khususnya di Prancis.
Dia mengatakan Perspectives Musulmanes Movement, yang mengeluarkan laporan tentang Islamofobia, telah menghasilkan studi tentang masalah ini di Eropa selama tujuh tahun. Laporan tersebut menampilkan politisi yang terkait dengan Islamofobia di sampulnya sejak 2018.
Dilansir di Anadolu Agency, Ahad (13/11/2022), ia mengatakan kelompok itu menampilkan Presiden Prancis Emmanuel Macron, seorang politisi Islamofobia, di bagian depan laporan tahun lalu.
Bayrakli menarik perhatian pada pelembagaan Islamofobia di Austria dan Prancis, menekankan bahwa Eropa memiliki tingkat prasangka anti-Islam tertinggi di dunia.
Dia menilai Prancis sebagai negara Eropa dengan sejarah paling bermasalah dengan komunitas Muslim di wilayahnya. Ia juga mengklaim bahwa 101 unit keamanan didirikan di Prancis untuk memata-matai Muslim dan lebih dari 24.000 organisasi dan perusahaan Muslim terdaftar dalam daftar hitam rahasia.
Hafiz, anggota organisasi hak asasi manusia yang berbasis di London yang didedikasikan untuk membela masyarakat yang dirugikan dalam perang melawan terorisme, percaya Islamofobia negara dalam segala bentuk tidak lebih dari semacam otoritarianisme.
Dia menyoroti munculnya ide-ide sayap kanan dan Islamofobia di Eropa, mencatat bahwa Islamofobia mengakar melalui politik dan hukum. "Prancis akan memperluas kebijakan Islamofobia ke negara-negara tetangga," ujar dia.
Presentasi Temuan Laporan Islamofobia Eropa 2021 dimoderatori oleh aktivis hak asasi manusia Maria De Cartena.
Sumber: