Jumat 23 Sep 2022 08:05 WIB

Risalah Sahabat: Kontribusi Prof Syihabuddin Qalyubi dalam Studi Islam dan Arab

Prof Syihabuddin Qalyubi merupakan salah satu akademisi dan ulama kontemporer.

Upacara pelepasan masa jabatan Prof KH Syihabuddin Qalyubi (ketiga dari kanan)
Foto:

Oleh : Kepala BPIP dan mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof KH Yudian Wahyudi, BA, BA, Drs, MA, PhD

Di sisi lain, Prof Syihab diingatkan ayahnya agar tidak mendalami ilmu kejadugan karena ilmu ini tidak terlalu memberikan kemanfaatan bagi kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Bisa-bisa malah salah jalan. Dari sini Prof Syihab menapaki kejadugan versi lain, yang saya sebut “kejadugan kontemporer”.

Kejadugan versi baru ini merupakan perpaduan tiga hal sekaligus, yaitu memiliki ilmu sehingga memiliki nama-nama seperti Nabi Adam. Prof Syihab memiliki nama-nama, yaitu gelar-gelar akademik mulai dari BA, Drs, Lc, MAg, Dr hingga Prof, bahkan KH, sehingga beliau “jadug”: “menang tanding” sehingga diamanahi memegang sejumlah jabatan di IAIN+UIN Suka. 

Tentu saja, sebagai profesor, beliau juga memiliki kejadugan ekonomi (mal). Tercapailah semua kemaslahan daruri maqashid syariah: agama, jiwa, akal, kehormatan, harta dan keturunan. Alhamdulillah, gelar kiai sebagai salah satu simbol kepahlawan ulama sudah diterima Muhammadiyah, dengan Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof Chaidar Nasir, menambahkan gelar K di depan H sehingga terbaca Prof Dr KH Chaidar Nasir, MSc. Begitulah kira-kira peran dan kontribusi Prof Syihab dalam lintasan perkembangan otoritas keulamaan dan pendidikan Islam. 

Alhamdulillah, setelah pencarian panjang ini, sekarang pesantren dan PTKIN sudah setara dengan lembaga pendidikan di dalam maupun luar negeri. Tamatan aliyah dari pesantren sudah bisa masuk langsung ke S1 di Timur Tengah (dengan gelar Lc) maupun di Indonesia (dengan gelar Sarjana…). 

S1 PTKIN juga sudah bisa langsung ke S2 di luar negeri (Barat: AS, Kanada, Inggris, Perancis, Belanda, Rusia dan Australia, juga ke Timur Tengah, dengan gelar M.A. dan yang setara), apalagi di Indonesia. Bahkan, lulusan S2 PTKIN sudah bisa langsung menempuh S3 di Barat sekalipun. 

Di sisi lain, sudah banyak alumni Timur Tengah bergelar Lc  melanjutkan ke S2, bahkan  kemudian S3, di  PTKIN. Ini semua terjadi setelah Pemerintah Indonesia, khususnya Kemenag, berhasil “memahami” dan “menerapkan” lisan + akal + nama kaum ke dalam nama, jenjang, standar, kriteria dan gelar pendidikan Islam.

Pendidikan Islam berhasil setelah Kemenag menggunakan urf pendidikan Indonesia menyesuaikan nama, jenjang, kreteria dan gelar pendidikan Islam dengan nama, jenjang, kriteria/standar dan gelar konstitusional. Mach dan link dengan peraturan-perundangan yang berlaku di Indonesia, sehingga Kemenag berhasil mem-“Pancasila”-kan pendidikan Islam.

 

Jakarta, 12-13 Maret 2022 

Hormat saya,

Prof KH Yudian Wahyudi, BA, BA, Drs, MA, PhD   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement