Kamis 22 Sep 2022 07:14 WIB

Masyarakat Gorontalo Gelar Ritual Mandi Safar

Ritual budaya Mandi Safar yang digelar dalam bentuk festival.

Sejumlah warga saling siram saat pelaksanaan Tradisi Mandi Safar 2022 di Pantai Babussalam, Tanjungjabung Timur, Jambi, Rabu (21/9/2022). Mandi Safar merupakan tradisi turun temurun masyarakat pesisir daerah itu yang dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar yaitu jatuh pada 21 September 2022.
Foto: ANTARA/Wahdi Septiawan
Sejumlah warga saling siram saat pelaksanaan Tradisi Mandi Safar 2022 di Pantai Babussalam, Tanjungjabung Timur, Jambi, Rabu (21/9/2022). Mandi Safar merupakan tradisi turun temurun masyarakat pesisir daerah itu yang dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar yaitu jatuh pada 21 September 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Ritual budaya Mandi Safar yang digelar dalam bentuk festival oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, dipadati ribuan pengunjung.

Ritual mandi bersama bermakna membuang sial dan membersihkan diri dari segala dosa, dipusatkan di Sungai Andagile, Desa Buata, Kecamatan Atinggola, dibuka Sekretaris Daerah setempat, Suleman Lakoro, di Gorontalo, Rabu (21/9).

Baca Juga

Sekda hadir didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Camat Atinggola, serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, tokoh agama dan tokoh adat, juga pimpinan organisasi perangkat daerah.

Doa ritual budaya pun dipusatkan di gedung adat Desa Buata, dipimpin imam wilayah. "Ritual ini digelar setiap tahun di bulan Safar. Pada minggu pertama hingga ketiga, digelar doa-doa. Kemudian minggu keempat, ritual doa dan mandi di sungai dibuka untuk umum," katanya.

Makna ritual mandi Safar kata dia sangat luas. "Pemkab bersyukur, budaya ini tetap terjaga dan lestari hingga saat ini," katanya pula.

Mandi Safar dipercaya sebagai ritual membuang sial dengan mandi di sungai. Sejak tahun 2013, Pemkab memberi dukungan penuh pada penyelenggaraan budaya yang lekat dengan masyarakat di Kecamatan Atinggola atau di wilayah timur kabupaten ini.

Dengan memohon doa dalam ucapan syukur, diharapkan negeri ini akan terus makmur dan terhindar dari bencana. Ritual budaya tersebut, kini dikemas dalam bentuk festival dalam upaya melestarikan doa dan Mandi Safar, kata Suleman.

"Ritual ini juga mengandung makna yang sangat besar, berupa pembersihan jasmani kita. Dicuci dengan cara mandi, maknanya agar terhindar dari marabahaya dan seluruh hajat atau keinginan dapat terwujud," katanya.

Sedangkan makna secara rohani, menurut Sekda, diharapkan tubuh menjadi bersih, serta hilang dari sifat penyakit hati seperti angkuh, iri, sombong. Peserta Mandi Safar juga bermohon kepada Pencipta, agar diberi kebaikan, kesejahteraan, ketaatan dan terus berusaha dalam hidup.

"Alhamdulillah ritual ini mampu menyedot perhatian ribuan pengunjung. Bahkan banyak pengunjung dari luar kabupaten ini datang untuk ikut mandi di sungai," katanya.

Festival ritual budaya Mandi Safar juga diwarnai dengan kegiatan olah raga tradisional yang melibatkan masyarakat setempat. Pemkab berharap, dampak pariwisata dan perekonomian di sektor riil akan dinikmati masyarakat secara langsung

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement