REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan tantangan dai dan penceramah agama ke depan sangat kompleks, di tengah kehidupan umat beragama. Hal ini ia sampaikan usai mengukuhkan Majelis Dai Kebangsaan Periode 2022-2025 sekaligus peluncuran aplikasi Ustadzkita, dalam gelaran Halaqoh Dai yang diinisiasi Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama.
"Saya berharap dai kebangsaan ini tidak hanya sekedar dikukuhkan kemudian berhenti begitu saja. Setelah dikukuhkan, saya berharap majelis dai kebangsaan ini bisa berjalan seperti yang diharapkan umat," kata dia dalam keterangan yang didapat Republika, Rabu (7/9/2022).
Menjadi dai disebut bukan pekerjaan yang mudah. Dai bukan hanya pintar ngomong. Dai adalah orang yang bisa menyampaikan pendapat sesuai dengan akal pikiran dari jamaah dan hal ini membutuhkan seni tersendiri.
Ia juga menyebut, dahulu agama dijadikan untuk mendekatkan dan mencari wajah Tuhan. Sekarang, orang sibuk mencari muka di depan Tuhan. Dulu agama hadir untuk meruntuhkan berhala, sekarang orang memberhalakan agama untuk saling membenci.
"Dulu agama digunakan untuk mempererat hubungan antar manusia sekarang orang bertengkar karena sibuk mengurus agamanya masing-masing. Inilah tantangan Mejelis Dai Kebangsaan ke depan," lanjutnya.
Majelis Dai Kebangsaan yang dikukuhkan oleh Menag Yaqut ini berasal dari perwakilan ormas keagamaan, seperti PBNU, Muhammadiyah, Perti dan ormas keagamaan Islam lainnya.
Ia pun berharap Majelis Dai Kebangsaan sebagai organisasi dan mitra pemerintah, dapat memberikan sumbangsih pemikiran untuk bergerak bersama merawat kebhinekaan, menciptakan harmoni, serta membangun moderasi dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.
"Saya percaya saudara-saudara mampu melaksanakan tugas dan pengabdian dengan sebaik-baiknya demi kemaslahatan agama dan bangsa Indonesia. Ini pekerjaan penting bagi dai yang harus benar-benar dipahami karena dai itu penuntun dan obor bagi umat," ucapnya.
Ia lantas menitipkan pesan agar mengajak umat Islam untuk benar-benar memahami agamanya dengan baik. Majelis Dai Kebangsaan diharapkan mampu menjadi benteng pertahanan dakwah Islam di Indonesia.
Terkait aplikasi Ustadzkita, Menag juga berharap aplikasi ini dapat diakses oleh khalayak. Sebab, sebuah aplikasi tidak akan bermanfaat bila tidak diakses oleh khalayak umum.
Di kesempatan yang sama, Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin dalam laporan pelaksanaan kegiatan mengatakan Halaqah Dai ini memiliki tujuan utama, yaitu kemajuan dakwah di Indonesia. Pihaknya disebut telah memetakan kebutuhan dai di perkotaaan hingga wilayah 3T (terpencil, terluar dan tertinggal).
"Dai kebangsaan ini diharapkan memberikan peran yang signifikan dalam membangun dan merawat kebhinekaan," ujarnya.
Program Dakwah dari hulu sampai hilir merupakan salah satu program unggulan Direktorat Penerangan Agama Islam. Setiap tahun, rutin dibangun komunikasi dengan berbagai Lembaga Dakwah Ormas Islam, membuat regulasi dakwah pada media elektronik, membuat himbauan ceramah di rumah Ibadah, serta menyelenggarakan Bimtek Penguatan Kompetensi Penceramah Agama.
Aplikasi Ustadzkita adalah sebuah aplikasi yang memudahkan masyarakat dalam mencari dan mengundang penceramah agama. Hal ini merupakan ikhtiar dalam menghadirkan aplikasi pencarian Ustadz, yang memiliki wawasan keislaman dan kebangsaan dengan baik.
Ia menyebut, para dai yang masuk pada daftar Ustadzkita adalah para Dai yang telah mengikuti Bimtek Penguatan Kompetensi Penceramah Agama dari tahun 2020 hingga 2022.