REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perjalanan hidup Prof KH Anwar Musaddad adalah perwujudan dan sosok yang relatif utuh dan komprehensif.
Dia adalah seorang figur ulama yang tawadhu, zuhud, dan wara, sekaligus seorang intelektual yang sangat peduli akan penting dakwah islamiyah.
Manifestasi dan komitmennya terhadap dakwah tidak hanya dibuktikan Kiai Anwar Musaddad lewat ceramah dan khutbah yang disampaikannya di berbagai tempat.
Baginya, menerima atau menyampaikan ilmu merupakan dua kewajiban generasi rabbani. Karena itu, dia juga selalu siap menerima ceramah dan khutbah orang lain, tanpa merasa risih sedikit pun.
Dalam biografi yang dirilis situs resmi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dijelaskan bahwa Kiai Anwar Musaddad menyadari bahwa setiap manusia pasti memiliki kekurangan atau kekhilafan dan kelebihan.
Baca juga: Mualaf Maryum, Masuk Islam Setelah Empat Kali Baca Alquran
Kekurangan dan kelebihan inilah yang selalu dihayati Kiai Anwar Musaddad. Baginya, kekurangan dan kelebihan itu mutlak adanya pada diri manusia.
Atas dasar itu, Kiai Anwar Musaddad tidak segan-segan untuk belajar kepada siapa pun atau apa pun. Dia bahkan selalu menyempatkan hadir untuk mendengarkan ceramah atau taklim di lingkungan pondoknya. Aktivitas menyerap ilmu ini lebih intensif dilakukan pada akhir usia senjanya.
Dakwah yang efektif adalah dakwah teladan, termasuk dalam berkeluarga. Itulah sebabnya, Kiai Anwar Musaddad berprinsip bahwa keluarga harus dimantapkan lebih dulu.