REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Sejatinya, Allah telah menunjukkan banyak cara untuk menggapai kebahagiaan. Dan, telah terbukti kebahagiaan itu tidak hanya diukur dengan harta, kemewahan, dan ketenaran. Ada perkara-perkara lain yang bisa menjadikan seseorang bahagia.
Bagaimana caranya agar bisa bahagia? Rasulullah bersabda, “… manusia paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia dan pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang Muslim atau menjauhkan kesusahan darinya atau membayarkan utangnya atau menghilangkan laparnya. Sungguh, aku berjalan bersama saudaraku yang Muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini (Masjid Nabawi) selama sebulan.” (HR Thabrani).
Beliau mengatakan, amalan menemani seorang Muslim untuk ia tunaikan kebutuhannya adalah amalan yang besar dan agung. Mengapa demikian? Karena, menolong orang lain, menghilangkan rasa laparnya, dan mengatasi kesulitannya merupakan amalan yang dicintai Allah.
Amalan tersebut akan memberikan pula kebahagian kepada para pelakunya. Ada seorang sahabat yang menemui Nabi. Sahabat ini mengeluhkan kekerasan dan kekakuan di dalam hatinya. Ia tidak merasakan kebahagiaan.
Nabi bersabda, “Jika engkau ingin hatimu lunak, berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR Ahmad).
Mungkin di antara kita ada yang bertanya, apa hubungannya kebahagiaan dengan memberi makan orang miskin? Apa hubungannya kebahagiaan dengan mengusap kepala anak yatim? Apa hubungan hal ini dengan kelembutan hati dan kebahagiaan?
Kita perlu mengingat, dalam agama kita ada sebuah prinsip, yaitu balasan itu sesuai amalan. Jika seorang hamba berusaha menyenangkan hati orang lain, memikirkan kesulitan yang dihadapi orang lain, Allah juga akan menyenangkan hatinya.
Oleh karena itu, kita menemukan sebagian orang berletih-letih dan bersusah payah pergi ke tempat jauh untuk membantu kaum Muslimin yang lain. Mereka tidak pernah merasakan keletihan, padahal itu pekerjaan yang sangat berat.
Mungkin, mereka tidak mendapatkan balasan sepeserpun di dunia, akan tetapi mengapa mereka bisa begitu betah melakukan itu semua? Karena, ada kebahagiaan yang mereka dapatkan. Karena itu, manusia paling berbahagia di muka bumi ini adalah Nabi.
Mengapa?