REPUBLIKA.CO.ID, RIMINI–Sekretaris Jenderal Liga Dunia Islam Muhammad bin Abdul Karim al-Issa mengatakan serangan terhadap penulis terkenal Salman Rushdie di New York adalah kejahatan yang tidak dibenarkan dalam Islam.
Pernyataan itu dikatakannya dalam sebuah wawancara dengan media Saudi, Arab News. “Islam menentang kekerasan dan tidak pernah bisa mengakui metode kekerasan apa pun. Isu-isu agama dan intelektual, termasuk ungkapan-ungkapan yang mungkin dibaca secara keseluruhan atau sebagian sebagai ofensif, tidak akan pernah bisa ditangani dengan cara-cara kekerasan ini,” kata al-Issa seperti dikutip di sela-sela konferensi dialog antaragama di Rimini, Italia dilansir dari Al Arabiya, Senin (22/8/2022).
Rushdie rencananya akan memberikan kuliah tentang kebebasan artistik di Chautauqua Institution di Barat New York pada 12 Agustus, namun dia diserang dan ditikam oleh seorang pria. Pelaku telah diidentifikasi sebagai Hadi Matar yang berusia 24 tahun yang dibesarkan di Amerika Serikat.
Rushdie menjadi kontroversi sejak novel 1988-nya 'The Satanic Verses,' yang mendorong pemimpin Iran saat itu Ali Khamenei untuk mendesak umat Islam untuk membunuhnya. Al-Issa, yang juga presiden Organisasi Halal Islam Internasional dan mantan Menteri Kehakiman Arab Saudi mengatakan bahwa Islam “menentang kekerasan.”
Issa yang merupakan aktivis yang rajin melawan ekstremisme agama telah dipuji oleh para pemimpin agama dan pejabat pemerintah atas upayanya untuk mempromosikan koeksistensi damai di antara semua orang.
Dia mengatakan agama adalah rasa keberadaan manusia dalam kehidupan ini, jumlah nilai-nilai yang didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, di mana tidak hanya ada filosofi tetapi juga sumber agama yang berasal dari Tuhan.
“Untuk ini kita berbicara tentang nilai-nilai, baik agama maupun naluri keagamaan. Ini juga berarti rasa iman dalam diri manusia,” katanya.
“Orang mukmin harus mencintai semua orang lain bahkan jika dia tidak setuju dengan mereka. Orang percaya tahu bahwa cinta dan belas kasihan dibutuhkan dalam hidup ini. Cinta adalah kehidupan, koeksistensi, kedamaian, harmoni, "tambahnya.
Dia juga menekankan perlunya dialog antaragama untuk mendorong koeksistensi damai antaragama yang menghilangkan semua kesalahpahaman dan mengklarifikasi kebenaran baik di dalam maupun di luar dunia Islam, baik bagi Muslim maupun non-Muslim.
Menurutnya, dialog adalah bahasa yang masuk akal, dari yang bijak. Jika semua orang mempraktikkannya, kita semua menjadi dekat dan pendekatan ini menghilangkan ketakutan orang lain.