Rabu 17 Aug 2022 23:28 WIB

Terlepas dari Penghinaan Salman Rushdie ke Islam, Ulama Irlandia Sayangkan Penyerangan

Salman Rushdie menghina secara jelas Islam dan Rasulullah Muhammad SAW

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Salman Rushdie memamerkan medali dari Ratu Inggris yang membuat dia menyandang gelar bangsawan: Sir.
Foto:

Ancaman kematian

Mr Rushdie telah hidup di bawah ancaman pembunuhan setelah penerbitan bukunya, The Satanic Verses. Protes kemarahan meletus setelah publikasi di Inggris pada 1988 dan di Amerika Serikat pada 1989.

Pemimpin Iran saat itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengutuk buku itu sebagai penghujatan dan mengeluarkan fatwa, sebuah keputusan hukum yang mendesak umat Islam untuk membunuh Rushdie dan penerbitnya. 

Fatwa tersebut memaksa Rushdie bersembunyi selama bertahun-tahun dan dia hidup selama beberapa waktu di bawah perlindungan polisi 24 jam.

Penerjemah bahasa Jepangnya, Hitoshi Igarashi, 44, ditikam sampai mati di Universitas Tsukuba, timur laut Tokyo, di mana dia telah mengajar perbandingan budaya Islam selama lima tahun. 

Tidak ada penangkapan yang pernah dilakukan.Pemerintah Iran berikutnya menjatuhkan Fatwa sekitar 10 tahun kemudian.

Iran sekarang "dengan tegas" menyangkal hubungan apa pun dengan tersangka penyerang Rushdie, tetapi menyalahkan penulis itu sendiri atas insiden keji yang membuatnya berjuang untuk hidupnya. 

Pada Senin, Kementerian Luar Negeri Iran "dengan tegas" membantah ada kaitan dengan serangan itu tetapi mengatakan kebebasan berbicara tidak membenarkan penghinaan agama secara tertulis.

 

"Dalam serangan ini, kami tidak menganggap siapa pun selain Salman Rushdie dan pendukungnya layak disalahkan dan bahkan dikutuk," kata juru bicara itu.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement