Kamis 04 Aug 2022 01:18 WIB

Annemarie Schimmel, Sarjana Pertama Studi Islam

Annemarie Schimmel adalah wanita pertama yang mengambil sarjana studi Islam.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Annemarie Schimmel
Foto:

Menurut Weidner, Annemarie Schimmel adalah wanita pertama yang mengambil posisi sebagai sarjana studi Islam. Sebab, sangat langka untuk menemukan wanita yang berkiprah di bidang tersebut. Karena faktanya, dari puluhan terjemahan Alquran ke dalam bahasa Eropa, baru belakangan ini saja terjemahan oleh wanita telah diterbitkan. Satu oleh Angelika Neuwirth, dan satu lagi oleh Angelika Neuwirth. Kemudian Lamya Kaddor dan Rabea Mueller.

Kemunculan pertama kali Annemarie Schimmel sebagai sarjana studi Islam menjadi pintu bagi wanita lain untuk belajar Islam. Dengan kata lain, Schimmel menormalkan wanita yang belajar Islam. Generasi berikutnya melahirkan banyak ahli studi Islam perempuan yang signifikan dan mereka mereka semua dapat dilihat sebagai pewaris warisan Annemarie Schimmel.

Schimmel adalah salah satu yang pertama dan salah satu dari sedikit orang di generasinya yang menaruh minat pada dunia Muslim kontemporer. Bukan sebagai bahan penelitian filologis yang mati atau sebagai masalah politik dan sosiologis, tetapi dengan antusiasme terhadap sastra kontemporernya.

Annemarie Schimmel mempelajari sastra klasik Timur Tengah melalui para penulisnya dan bahkan dari generasi yang lebih muda. Ini adalah sesuatu yang sama sekali baru, hampir tidak pernah terdengar sebelumnya. "Dunia Islam saat ini menjadi fokus, bukan sebagai masalah politik yang harus dipertimbangkan, tetapi sebagai budaya yang hidup setara dengan kita sendiri," jelas Weidner.

Pada awal 1975, Schimmel menerbitkan sebuah antologi puisi Arab kontemporer yang diterjemahkan. Dia tidak pernah menganggap teman dan kenalannya dari Arab, Turki, Iran atau Pakistan hanya sebagai pemberi informasi. Apalagi sebagai objek penelitian antropologis, etnologis, sosiologis atau politik, seperti yang masih dilakukan banyak orang hingga hari ini.

"Schimmel melepaskan jarak yang memisahkan banyak orang di bidangnya dari subjek penelitian mereka. Jarak yang sering disebut-sebut perlu untuk mempertahankan 'objektivitas' dan dengan demikian berdiri tegak di atas orang lain pada masanya," katanya.

"Saya iri padanya karena telah hidup dan bekerja hampir tanpa bertanya dan secara alami dalam konteks ini. Melihat karya Annemarie Schimmel satu abad setelah kelahirannya, ini adalah jurang yang harus kita coba rentangkan, jika kita ingin masa depan bersama yang layak dijalani. Saya tidak dapat memikirkan persiapan yang lebih baik daripada membaca Annemarie Schimmel," papar Weidner.

 

Sumber: https://en.qantara.de/content/women-and-islamic-studies-annemarie-schimmels-pioneering-take-on-islam

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement