Jumat 21 Oct 2022 20:32 WIB

Simposium Pemikiran Santri Digelar Tiga Hari di Jakarta

Simposium Khazanah Pemikiran Santri dan Kajian Pesantren digelar di Jakarta

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi: Santri belajar di pesantren.
Foto: Andolu Agency
Ilustrasi: Santri belajar di pesantren.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Simposium Khazanah Pemikiran Santri dan Kajian Pesantren digelar di Jakarta selama tiga sejak Jumat (21/10) sampai Ahad (23/10/2022). Simposium ini menghadirkan para praktisi dan pemerhati dunia pesantren dari berbagai daerah di Indonesia. Simposium ini dikenal dengan nama Mu'tamad, singkatan dari al-Multaqa al-Sanawiy li al-Bahts ‘an Afkar at-Thullab wa Dirasat Pisantrin”.

Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas hadir sebagai pembicara kunci yang tampil di sela-sela parallel session. Simposium nasional ini menjadi etalase pemikiran keislaman yang merupakan perasan dari paper-paper bermutu dari berbagai pesantren di Indonesia. Pesantren banyak berkontribusi pada acara ini karena selama ini telah dikenal sebagai sentra kajian agama.

Baca Juga

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag), Waryono Abdul Ghafur, mengatakan, kegiatan ini menjadi ajang konsensus pemikiran para praktisi, peneliti dan pemerhati pesantren di Indonesia. Pesertanya meliputi santri, mahasantri, alumnus pesantren, dan penggiat literasi Islam.

"Setiap tahun studi Islam di pesantren menemukan pemikiran dan gagasan baru dalam khazanah keislaman. Pemikiran dan gagasan baru inilah yang ditampilkan dalam forum Mu'tamad," kata Waryono melalui pesan tertulis kepada Republika, Jumat (21/10/2022).

Waryono mengatakan, materi-materi dihimpun panitia melalui mekanisme call paper yang sudah harus disubmit sebelumnya, lalu dilakukan seleksi. Materi terbaik yang lulus seleksi itulah yang akan dipresentasikan dan didiskusikan di hadapan audiens.

Waryono menerangkan, kegiatan simposium ini terbagi dalam empat agenda utama, yaitu special panels, parallel session, bedah buku, dan bedah tokoh. Pada parallel session, terdapat tujuh tema penting yang akan dikupas oleh pemakalah terpilih. Di antaranya, Sui Generis dalam Tradisi Pendidikan Pesantren, Pesantren dan Ketahanan Nasional: Pangan, Energi dan Kesehatan, dan Strategi dan Kontribusi Pesantren dalam Penguatan Moderasi Beragama. Kemudian, Pesantren Ramah Anak dan Disabilitas, Pesantren dan Lingkungan Hidup, Kemandirian Ekonomi Pesantren, serta Pesantren dan Fikih Minoritas.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani, berharap simposium ini dapat melahirkan ide-ide baru terkait Islam kekinian di era digital. Ini dapat dijadikan momentum kebangkitan pemikiran pesantren, yang selama ini telah berjuang mempertahankan khazanah keislaman dalam tradisi yang kuat.

Ramdhani menegaskan, bangsa ini memerlukan kontribusi positif dari pesantren yang indigenousitasnya telah melahirkan generasi bangsa yang berkontribusi signifikan mengiringi pembangunan Indonesia. "Pertemuan ini dapat menjadi perjamuan ilmiah bagi para praktisi keislaman agar lebih siap menyambut era teknologi digital," ujarnya.

Pada sesi special panel simposium ini, beberapa ulama terkemuka memberikan paparannya. Di antaranya KH Masdar Farid Mas'udi, KH Rumadi Ahmad, dan KH Asrorun Ni’am. Pada paralel panel, yang akan menyampaikan temuan-temuannya adalah para panelis muda dari berbagai daerah. Sebagaimana diketahui, Simposium Khazanah Pemikiran Santri dan Kajian Pesantren Kegiatan ini digelar dalam rangkaian Peringatan Hari Santri 2022 bertema "Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement