Kamis 28 Jul 2022 20:05 WIB

Jangan Anggap Sepele Niat dalam Ibadah, Begini Penjelasannya

Niat menentukan kadar kualitas bekerja sebagai bagian ibadah

Ilustrasi niat dalam ibadah. Niat menentukan kadar kualitas bekerja sebagai bagian ibadah
Foto:

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

Bisyr kemudian berkata, “Berikan uang dua ribu dirham itu pada sepuluh orang, orang berhutang untuk melunasi hutangnya, orang fakir untuk menutupi kebutuhannya, kepala keluarga untuk mencukupkan kebutuhan keluarganya, pengasuh anak yatim untuk membahagiakannya. Kalau hatimu lebih mantap dan mau memberikannya pada satu orang saja itu lebih baik. Karena memasukkan kebahagiaan ke dalam hati seorang muslim, menolong orang kesulitan, meringankan beban dan membantu orang lemah jauh lebih utama dari seratus kali haji setelah haji fardhu.”

Bisyr melanjutkan, “Sekarang pergilah dan lakukan apa yang saya sarankan. Tapi kalau hatimu merasa berat, maka sampaikan saja dengan sejujurnya apa yang ada dalam hatimu.”

Dengan jujur laki-laki itu berkata, “Wahai Abu Nashr, berangkat pergi haji lebih terasa kuat dalam hatiku.”

Bisyr tersenyum. Ia mendekati laki-laki itu dan berkata: “Ketika harta dikumpulkan dari kekotoran perdagangan dan syubhat, nafsu (diri) menuntut untuk dipenuhi hajatnya. Meskipun ia menampakkan amal saleh tapi Allah SWT sudah bersumpah bahwa Dia tidak akan menerima kecuali amal orang-orang yang bertakwa.”   

Sia-sia belaka seseorang meniatkan dalam hatinya : “Saya pergi haji untuk mendapat ridha Allah” kalau niat sesungguhnya yang sudah hadir di dalam hatinya adalah sesuatu yang lain. 

Mendalami hal ini untuk memperbaiki ibadah yang kita lakukan jelas lebih baik dan bermanfaat daripada memperdebatkan apakah niat boleh dilafazkan atau tidak.  

Kita mesti belajar bagaimana caranya agar dalam hati kita secara otomatis hadir niat-niat yang baik, tanpa dihadir-hadirkan. Ini maqam yang mesti kita kerahkan segala potensi untuk meraihnya. 

Dan, untuk mendalami hal ini tidaklah cukup melalui keterangan di dalam kitab saja, tapi juga dari orang yang pernah ber-mujahadah dan merasakan beratnya mendudukkan posisi niat ini. Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata: 

 

مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِي “Tidak ada yang lebih berat bagiku untuk diperbaiki daripada niat.”  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement