REPUBLIKA.CO.ID,KABUL — Perempuan Afghanistan diberi tahu oleh Pejabat Taliban untuk mengirim kerabat laki-laki ke tempat kerja mereka untuk menggantikan mereka. Ini merupakan contoh lain dari kelompok garis keras yang menindak kebebasan perempuan setelah mereka kembali berkuasa pada 2021.
Sebanyak 60 pekerja perempuan di kementerian keuangan Afghanistan menerima telepon dari Taliban yang meminta mereka merekomendasikan seorang kerabat laki-laki di tempat mereka karena “beban kerja di kantor telah meningkat,” menurut sebuah laporan oleh The Guardian.
Staf wanita, yang dipulangkan setelah kepmpok itu mendapatkan kembali kekuasaan pada Agustus lalu dan sejak itu telah menerima pengurangan gaji, menyatakan kemarahan atas permintaan tersebut.
Para wanita menunjukkan bahwa mereka telah menghabiskan bertahun-tahun dalam pelayanan dalam peran yang sangat khusus dan menyatakan kecemasan dan ketidakpastian atas masa depan mereka.
Maryam (37 tahun), pegawai lama kementerian keuangan Afghanistan, menerima telepon dari departemen SDM.
“Saya diminta untuk memperkenalkan anggota keluarga laki-laki untuk menggantikan saya di kementerian, sehingga saya bisa diberhentikan dari pekerjaan itu,” katanya dilansir dari Alaraby, Rabu (20/7/2022).
"Ini adalah posisi yang sulit dan teknis tempat saya dilatih dan memiliki pengalaman bertahun-tahun. Dan, bahkan jika dia bisa melakukan pekerjaan yang sama pada akhirnya, apa yang akan terjadi pada saya?" tanya Maryam.
Sejak merebut kekuasaan tahun lalu, kelompok Islam garis keras telah memperkenalkan beberapa tindakan yang membatasi hak dan kebebasan perempuan, bertentangan dengan pengumuman awal bahwa mereka akan lebih progresif daripada selama periode pertama pemerintahan mereka, yang berlangsung dari 1996 hingga 2001.
Gadis-gadis Afghanistan di beberapa provinsi telah dilarang bersekolah selama lebih dari setahun dan wanita di beberapa sektor diberhentikan dari pekerjaan.
“Aktivis hak-hak perempuan Afghanistan memperingatkan selama ini bahwa janji-janji Taliban untuk menghormati hak-hak perempuan adalah palsu,” kata Associate Director Divisi Hak Perempuan di Afghanistan untuk Human Rights Watch, Heather Barr.
"Mereka memperingatkan pada hari-hari setelah Taliban merebut ibu kota... dan itulah yang terjadi,” kata Heather Barr.
Baru pekan ini, Taliban memerintahkan peraturan jilbab mereka yang paling ketat pada mahasiswi di sebuah universitas politeknik. Keputusan ini menyebabkan setidaknya dua siswa perempuan menunda studi mereka.
Ini mengikuti perintah pada bulan Mei, yang dikecam oleh masyarakat internasional, yang menyerukan semua wanita Afghanistan untuk mengenakan penutup wajah wajib di depan umum.
Sumber:
https://english.alaraby.co.uk/news/afghan-women-told-send-male-replacement-workplace