Kehadiran Menag dan Ketua Umum PBNU disambut oleh Syaikh Ahmad al-Issa selaku Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami. Ahmad Al-Issa mengaku senang dan bangga bisa menjalin hubungan lebih erat dengan Indonesia.
"Kehadiran Indonesia ini sangat penting, bukan hanya karena merupakan negara dengan mayoritas Muslim yang besar, juga karena peradaban dan budaya masyarakatnya tetap memelihara harmoni di tengah perbedaan," jelas Syaikh Ahmad al-Issa.
Peradaban dan budaya Indonesia yang memperkuat harmoni itu, menurut Syaikh Ahmad Al-Issa, sangat dibutuhkan dalam rangka mencari jalan keluar dari berbagai masalah berat yang dihadapi dunia Islam secara keseluruhan.
Usai pertemuan, Ketua Umum PBNU mengkonfirmasi kesediaan Rabithah Alam Islami untuk bekerja sama dalam penyelenggaraan R20. Bentuk kesediaan itu antara lain ditandai dengan kesiapan Rabithah Alam Islami untuk terus membantu pengelolaan sekretariat permanen R20 di dalam Center for Shared Civilizational Values (CSCV). Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami akan menunjuk perwakilan untuk melakukan diskusi lebih lanjut.
"Saya sebagai ketum PBNU berharap bahwa dalam waktu dekat ini bisa disepakati dan ditandatangani nota kesepahaman antara dua belah pihak, sehingga persiapan-persiapan menuju pelaksanaan R20 bisa dikonsolidasikan secepatnya,” ujar Kiai Yahya.