Di antara perkembangan yang paling menonjol, kata dia, adalah pembatalan distribusi botol air Zamzam 20 liter yang ditempatkan di lemari es di tempat tinggal jamaah dan menggantinya dengan botol berkapasitas 330 ml agar lebih mudah diakses oleh jamaah. Program pertama dari rencana tersebut termasuk mempersiapkan situs untuk mendistribusikan air Zamzam kepada para peziarah di pusat-pusat bimbingan di pintu masuk Makkah dari Jeddah dan Madinah.
Setiap peziarah menerima dua botol berpendingin langsung dari ruang pendingin dan tempat khusus. Pengawas dan karyawan juga direkrut untuk membagikan botol air Zamzam kepada jemaah saat tiba di pusat bimbingan sehingga air Zamzam menjadi minuman pertama yang diminum jamaah.
Adapun program kedua, lanjut dia, adalah melihat distribusi tiga botol 330 ml ke akomodasi peziarah setiap hari melalui saluran digital yang memfasilitasi pengiriman mereka dan mengonfirmasi penerimaan mereka. "Terdapat juga pusat kendali internal dan lapangan untuk menindaklanjuti dan memastikan kedatangan air zamzam bagi jamaah haji ke tempat tinggal mereka setiap hari, dari saat mereka tiba di akomodasi hingga mereka berangkat," ujarnya.
Wakil Sekretaris Jenderal untuk layanan dan urusan lapangan dan penyelidikan perlindungan lingkungan, Mohammed bin Musleh Al-Jabri, mengatakan bahwa Presidensi Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci bekerja melalui sistem layanannya untuk membantu jamaah melakukan ritual mereka dengan kemudahan dan salah satu pelayanan yang diberkahi adalah pemberian air zamzam.
Kepresidenan memastikan kemurnian air dan aksesnya ke peziarah dan pengunjung dengan cara termudah, yakni dengan mengambilnya dari sumur Zamzam, memurnikannya, dan mendistribusikannya secara otomatis melalui teknologi internasional terbaru untuk melindungi air dari polusi. Perjalanannya, dari sumur Zamzam hingga jamaah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, melewati beberapa tahapan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
