Pada 2016 dia melarikan diri dari Mheen, sebuah desa di Suriah tengah ke Yordania. Suaminya meninggal karena sakit segera setelah mereka tiba. Sebelum 2011, Mheen memproduksi gandum dan minyak zaitun.
“Seorang insinyur pertanian menunjukkan kepada kami cara menggunakan sistem dan sekarang kami sudah terbiasa dengannya,” ucap Saeed sambil merobek daun kemangi yang penuh aroma.
Meskipun pertanian telah menjadi andalan perekonomian sejak Yordania didirikan pada 1920-an, banyak yang melakukan pertanian di Yordania sekarang adalah dari Mesir dan negara-negara Asia Selatan. Guru Suriah Nada Mohammad, yang mengawasi kegiatan di gedung yang disponsori oleh badan amal, mengatakan para wanita di gedung itu tidak dapat kembali ke Suriah karena sebagian besar rumah mereka telah hancur.
Mereka tidak punya uang dan ekonomi di tanah air mereka telah hancur. “Tidak ada yang bisa kembali,” ujar Mohammad, yang juga mengajar anak-anak matematika dan kimia.
Setidaknya dua telah pergi ke universitas Yordania untuk belajar komputer dan keperawatan, dibiayai oleh sumbangan. Orang lain membantu secara berbeda. Pemilik gedung Yordania itu mengenakan biaya di bawah harga sewa pasar. Mahasiswa Korea yang belajar bahasa Arab di Universitas Jordan mampir ke gedung secara teratur untuk memberikan pelajaran bahasa Inggris kepada anak-anak.