REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Seorang pejabat mengatakan otoritas Taliban di Afghanistan meminta penyiar televisi memastikan presenter perempuan di stasiun lokal menutupi wajah mereka saat siaran langsung. Langkah itu dilakukan beberapa hari setelah pihak berwenang memerintahkan perempuan menutupi wajah mereka di depan umum.
"Kemarin kami bertemu dengan pejabat media, mereka menerima saran kami dengan sangat gembira," ucap juru bicara Kementerian Kebaikan dan Kebajikan Taliban Akif Mahajar, Kamis (19/5/2022).
Ia menjelaskan langkah ini akan diterima dengan baik oleh warga Afghanistan. Mahajar menambahkan tanggal terakhir untuk menutup wajah bagi presenter TV adalah 21 Mei. Dilansir The New Arab, Kamis (19/5/2022), sebagian besar wanita Afghanistan mengenakan jilbab karena alasan agama, tetapi banyak di daerah perkotaan seperti Kabul tidak menutupi wajah mereka.
Selama pemerintahan terakhir Taliban dari 1996 hingga 2001, adalah kewajiban bagi wanita untuk mengenakan burqa biru. Mahajar mengatakan presenter wanita bisa memakai masker wajah medis, seperti yang telah banyak digunakan selama pandemi Covid-19.
Wanita di Afghanistan telah mengejar pekerjaan dan pendidikan setelah pemerintah Taliban digulingkan pada 2001 menyusul invasi pimpinan AS. Taliban mengatakan telah berubah sejak aturan terakhirnya, tetapi baru-baru ini menambahkan peraturan seperti membatasi pergerakan perempuan tanpa pendamping laki-laki.
Anak perempuan yang lebih tua di atas 13 tahun juga belum diizinkan kembali ke sekolah dan perguruan tinggi. Seorang karyawan wanita saluran televisi lokal, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa pejabat Taliban telah mengunjungi kantor mereka pada Rabu.
"Hari ini (Kamis) bagian produksi memakai masker tetapi kantor berita tetap berjalan seperti biasa," kata karyawan tersebut.
Beberapa saluran juga sudah menerapkan peraturan baru.