REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruquthni menyampaikan tanggapan soal Ustadz Abdul Somad (UAS) yang mendapat penolakan oleh petugas imigrasi di Singapura. Menurut dia, kasus deportasi UAS oleh petugas imigrasi Singapura merupakan kasus serius.
Imam mengingatkan, Indonesia dan Singapura merupakan dua negara yang terikat hubungan kerja sama diplomatik berdasar atas konvensi internasional. "Mungkin lebih substansial dari itu adalah bahwa Indonesia dan Singapura merupakan dua negara bertetangga bahkan serumpun," kata dia dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Rabu (18/7/2022).
Karena itu, lanjut Imam, tanpa penjelasan atau nota diplomatik yang jelas, kasus ini dapat dianggap sebagai pelecehan secara terang-terangan bukan hanya terhadap UAS. Terlebih, terhadap pemerintah dan negara Republik Indonesia.
"DPR, sebagai wakil rakyat atau otoritas pemerintahan negara kita (susuai Konstitusi) harus segera memanggil Dubes Singapura untuk Indonesia dan juga Dubes kita di Singapura," kata dia menegaskan.
Imam menekankan, penjelasan yang tidak berlandas dari dua dubes itu bisa mengarah pada persona non grata terhadap dubes Singapura dan juga recall terhadap dubes RI untuk Singapura. "Ini juga dengan mengingat Kedubes RI Singapura itu kalau nggak salah kategori peringkat A," ujarnya.
UAS mengalami peristiwa yang kurang menyenangkan saat hendak melakukan dakwah di Singapura, Senin (16/5/2022) siang. Kepada Republika.co.id, mubaligh tersebut menuturkan dia sempat dimasukkan dalam ruangan sempit. Otoritas keimigrasian negara tersebut kemudian memintanya kembali ke Indonesia.
"Tidak ada wawancara. Tidak ada (keimigrasian Singapura) meminta penjelasan. Tidak bisa menjelaskan ke siapa,” ujar UAS saat dihubungi Selasa (17/5/2022) pagi.
Berdasarkan keterangan yang disampaikan UAS, alumnus Universitas al-Azhar Mesir menjelaskan dia dan rombongannya telah memenuhi semua persyaratan untuk dapat memasuki Singapura. "ICA sudah keluarkan arrival card. Semua rute perjalanan sudah jelas," ujarnya.
Baca juga : UAS Tanggapi Tuduhan Pemerintah Singapura