REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Masjid-masjid Preston, Australia telah merilis pernyataan bersama yang mengutuk pembunuhan jurnalis Aljazirah Shireen Abu Akleh. Abu Akleh (51 tahun) adalah jurnalis Timur Tengah yang tak pernah lelah menyuarakan kehidupan Palestina di bawah penjajahan Israel.
Abu Akleh adalah jurnalis Aljazirah selama 25 tahun terakhir. Dia ditembak mati pada Rabu (11/5/2022) ketika meliput serangan Israel di kota Jenin di Tepi Barat. Kemarahan atas pembunuhan Abu Akleh meningkat pada Jumat lalu, setelah polisi antihuru-hara Israel mendorong dan memukuli pengusung jenazah Abu Akleh.
Serangan polisi Israel menyebabkan mereka menjatuhkan peti matinya secara mengejutkan pada awal prosesi pemakamannya di Yerusalem. Dilansir dari Asian Image pada Selasa (17/5/2022), pernyataan dari masjid Preston berbunyi: “Seorang jurnalis pemberani, cerdas dan adil bernama Shireen Abu Akleh dibunuh dengan darah dingin oleh pasukan Israel di Jenin, Tepi Barat yang diduduki minggu ini.”
Shireen dengan berani meliput penderitaan Palestina di tangan penjajah Israel selama hampir 25 tahun sebagai jurnalis Aljazirah. Shireen adalah seorang Palestina yang memiliki kewarganegaraan Amerika tetapi tinggal di Yerusalem Timur untuk meliput kisah-kisah yang berkaitan dengan Palestina tercintanya.
Shireen Abu Akleh adalah seorang Kristen Palestina, namun sebagai Muslim kami berduka atas kehilangannya. "Kami berduka untuk keluarganya dan kami akan selamanya berterima kasih atas pelayanannya kepada rakyat Palestina. "Masjid Preston menghormati ingatannya, martabatnya dan di atas semua itu integritas, keberanian, dan profesionalismenya dalam menjalankan tugasnya sebagai jurnalis," katanya.
Anggota Komite Masjid e Saliheen Ismail Timol mengatakan pembunuhan terhadap Shireen benar-benar tidak dapat diterima. Ia juga mengutuk perbuatan Israel tersebut dengan cara yang paling keras.
"Serangan mengerikan pada prosesi pemakaman menunjukkan wajah jelek sebenarnya dari pendudukan Israel di Palestina," katanya.