REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pahlawan nasional KHR As'ad Syamsul Arifin bukan hanya seorang ulama karismatik, melainkan juga termasuk penyair yang memiliki jiwa seni. Pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo ini pernah menulis kitab syair berbahasa madura yang ditulis dengan huruf Arab.
Dalam situs resmi pesantren Sukorejo, penulis buku biografi Kiai As’ad, Syamsul A Hasan mengungkapkan bahwa sekitar 232 baris syair tersebut ditulis pada Ramadhan. Namun, tahunnya tidak disebutkan.
Kiai Asad menulis syair ini pada waktu liburan Ramadhan, di saat teman-temannya pulang dari pesantren. Dalam kata pengantar kitab ini, putra Kiai As'ad, KHR Achmad Fawaid memperkirakan syair ini ditulis Kiai As'ad pada 1922.
Syair Kiai Asad ini di antaranya berisi nasihat untuk generasi muda, mulai tata cara berguru hingga tata cara memilih jodoh.
Dalam memilih jodoh, Kiai Asad menekankan agar mencari istri yang bagus akhlaknya dan baik hatinya, yaitu perempuan yang bertakwa, patuh kepada guru, taat sama orang tua serta mertua, setia pada suami.
Selain itu, calon istri yang baik itu hendaknya juga bersih dalam berpakaian dan rapi rumah tangganya, serta perempuan yang mampu memimpin anak-anaknya kelak.
Sedangkan dalam masalah tata cara nyantri, menurut Syamsul, Kiai As’ad menganjurkan sebelum belajar agar orang tua dan anaknya menghadap guru, pasrah dunia akhirat.
Dalam pergaulan sehari-hari, santri hendaklah juga bersikap tenang, berpakaian sederhana, tak suka guyon namun selalu tersenyum, jarang berbicara tapi selalu berkata yang baik, rajin belajar, dan sering membaca Alquran.
KHR Asad Syamsul Arifin adalah seorang ulama yang sangat disegani di Jawa Timur. Dia lahir pada 1897 di Makkah dan wafat pada 4 Agustus 1990 di Situbondo pada usia 93 tahun. Meskipun Kiai As'ad telah meninggal, tapi nasihat dan perkataannya masih melekat dan diikuti oleh para santri dan pecintanya.