Jumat 06 May 2022 17:54 WIB

Kongres Muhammadiyah 1922 dalam Pandangan Pers Belanda

Di usia 10 tahun, Muhammadiyah sudah besar hingga tak bisa diabaikan Belanda.

Kongres Muhammadiyah di masa lalu. Kongres Muhammadiyah 1922 dalam Pandangan Pers Belanda
Foto:

Di awal-awal kelahiran Muhammadiyah, belum ada koran Belanda yang memberitakan aktivitasnya. Ini wajar saja mengingat pada tahun-tahun awalnya Muhammadiyah hanyalah sebuah organisasi kecil di sebuah kampung kecil di Yogyakarta.

Artinya, Muhammadiyah saat itu baru merupakan organisasi yang secara cakupan geografis amat kecil. Tapi, di usianya yang ke-10, Muhammadiyah sudah cukup besar, sampai-sampai surat kabar Belanda, di luar Yogyakarta pula, tidak bisa lagi mengabaikan kehadirannya.

Salah satu koran Belanda yang mengabarkan tentang kongres Muhammadiyah tahun 1922 itu adalah Preangerbode, yang terbit di Bandung, sekitar 300 km dari Yogyakarta, kota tempat kongres berlangsung. Koran ini, yang merupakan koran ekonomi, adalah salah satu koran tertua di Hindia Belanda karena sudah terbit sejak tahun 1896.

Pada edisi Woensdag (Rabu), 8 Maret 1922, koran ini menerbitkan sebuah kolom tentang kongres Muhammadiyah. Tajuknya: “Moehammadijah”. Disebutkan pula bahwa salah satu sumber dari mana koran ini mendapatkan informasi tentang kongres tersebut adalah koran Soerabaiasch Handelsblad, yang terbit di Surabaya, yang berjarak sekitar 270 km dari lokasi kongres.

Di bagian awal berita di Preangerbode itu tertulis:

Zondagmorgen is te Djokja het driedaagsch congres, tevens de achtste jaarvergadering, aangevangen van de moslimsche vereeniging “Moehammadijah”, welke verspreiding van den godsdienst beoogt, onder voorzitterschap van Hadji Dahlan, die o.m. bekend is door zijn scherpe critiek op de Inlandsche leiders, die alle beginselen van den Koran verwaarloozen. (Pada Minggu pagi, di Yogyakarta diselenggarakan kongres selama tiga hari, yang juga pertemuan tahunan kedelapan, komunitas Muslim “Muhammadiyah”, yang bertujuan untuk menyebarkan agama, yang dimulai di bawah kepemimpinan Haji Dahlan, yang dikenal antara lain karena kritik kerasnya terhadap para pemimpin pribumi yang mengabaikan semua prinsip Al Qur’an).

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement