BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Islam menjadi jembatan ilmu pengetahuan di benua Eropa untuk meraih ilmu pengetahuan di Timur Tengah.
Pun hal tersebut menjadi alasan bangsa Eropa menjajah dan menyebarkan paham imperialisme di negara-negara Islam seperti Lebanon, Irak, dan sebagainya.
Pembahasan mengenai itu mengemuka pada acara “Dialog Ramadahan: Islam dan Muhammadiyah di 5 Benua” yang diselenggarakan LPPAIK UM Bandung, Sabtu (16/04/2022).
Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Prancis, Muhammad Fahri Kholid mengatakan, pada 1915 kekuatan Islam di Eropa mengalami penurunan drastis akibat kekalahan Kesultanan Ottoman.
”Kekalahan tersebut terjadi karena adanya perlawanan dari bangsa Arab yang dibantu oleh negara Inggris diselingi iming-iming mendapatkan tanah Palestina,” ucap Fahri, yang juga bendahara PCIM Prancis itu.
Setelah berakhirnya peradaban dunia dan Persarikatan Bangsa-Bangsa (PBB), umat Islam yang berasal dari negara jajahan melakukan imigrasi salah satunya ke benua Eropa.
”Banyaknya imigran di Eropa membuat Islam mulai berkembang yang ditandai dengan adanya pendirian toko halal dan sekolah-sekolah yang mengkaji ilmu-ilmu Islam,” lanjutnya.
Berkembangnya Islam di Eropa tidak terlepas dari perlakuan diskriminasi dari orang Eropa kepada imigran muslim.
”Misalnya, wanita muslim yang memakai jilbab mengalami diskriminasi dalam mencari pekerjaan,” tanggap pria yang berkuliah di Université Lumière Lyon 2 tersebut.
Islam di negara yang memiliki menara Eiffel ini mengalami perkembangan yang pesat, yang ditandai adanya masjid dan institut pendidikan yang mempelajari Islam.
”Pemerintah Prancis sangat membantu kemajuan pendidikan Islam, tetapi mereka juga membatasi apa yang akan dipelajari pada kurikulumnya tersendiri,” tegasnya.
Selain itu, ternyata perkembangan Islam di Prancis memunculkan pro dan kontra khususnya pada bidang politik.
Banyaknya orang Islam di Prancis akan mempengaruhi proses pemilihan dan penentuan presiden yang berpengaruh pada kebijakan bagi umat muslim.
”Dan jika presiden yang pro Islam terpilih, maka kebijakan pemerintah akan semakin mengalami perubahan dan berpihak kepada umat Islam,” ungkapnya.
Sedangkan di Inggris, anak-anak yang ingin mempelajari Islam mengalami tekanan dari beberapa politisi yang kontra dengan umat muslim.
Kendati seperti itu tidak menghalangi umat Islam untuk mengembangkan agamanya di negara Ratu Elizabet II berada itu.
”Banyak cara untuk mempelajari Islam untuk anak-anak muslim yang lahir di Eropa dengan kondisi lingkungan bebas seperti itu,” tinjau Fahri. (Firman Katon)