Jamal percaya satu-satunya cara mengubah stereotip yang sudah ketinggalan zaman adalah melalui pendidikan, yang dimulai di sekolah, di mana anak-anak seharusnya belajar tentang keragaman dan penerimaan budaya. “Hidup dunia, kita beragam tetapi terbagi,” katanya. “Kita perlu menyadari bahwa diskriminasi terhadap anak-anak sekolah Muslim adalah bagian dari tren nasional dan global yang lebih luas.”
“Kita tahu pendidikan pluralisme mempromosikan perdamaian, kemakmuran, kemajuan, dan inovasi,” kata Jamal. “Kita juga tahu pendidikan pluralisme yang berkualitas, paling efektif pada setiap indikator individu dan masyarakat ketika disampaikan pada tahun-tahun perkembangan anak usia dini hingga usia 6 tahun.”
Di dunia yang sempurna, tidak akan ada diskriminasi, tidak ada intimidasi, tidak ada kebencian. Jamal mengatakan satu-satunya cara bergerak ke arah yang benar adalah semua aspek masyarakat bekerja sama mencoba dan mencapai tujuan itu.
“Akan luar biasa jika pemerintah, perusahaan, filantropis, organisasi akar rumput, dan kelompok sipil dapat secara kolektif bekerja menuju investasi besar-besaran dalam pendidikan anak usia dini yang berkualitas dan program pengembangan holistik yang berpusat pada pendidikan pluralisme, penalaran moral, dan etika kosmopolitan yang menghormati identitas individu dan kerja sama kolektif,” ujarnya.
“Jika dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak, maka dibutuhkan sebuah desa global untuk menyelamatkan semua anak kita dan generasi masa depan mereka.”