REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Pemimpin Denmark dari partai sayap kanan Stram Kurs membakar salinan Alquran di daerah berpenduduk Muslim di Swedia. Rasmus Paludan dengan ditemani oleh polisi, pergi ke ruang publik terbuka di Linkoping selatan, Kamis (14/4/2022).
Ia lantas meletakkan kitab suci umat Islam di tanah dan membakarnya sambil mengabaikan protes dari para penonton. Sekitar 200 demonstran berkumpul di alun-alun untuk memprotes.
Kelompok itu mendesak polisi tidak membiarkan pemimpin rasialis itu melakukan tindakannya. Setelah polisi mengabaikan panggilan tersebut, insiden pecah dan kelompok tersebut menutup jalan untuk lalu lintas dan melempari polisi dengan batu.
Tindakan anti-Muslim serupa telah dilakukan sebelumnya oleh kelompok rasialis sayap kanan Denmark itu. Paludan juga membakar Alquran pada 2019.
Ia membungkus kitab suci umat Islam dengan daging asap dan melemparkannya ke udara. Pada September 2020, Paludan dilarang masuk ke Swedia selama dua tahun. Kemudian pada Oktober, ia dicegah memasuki Jerman untuk beberapa waktu setelah politikus anti-Muslim yang kontroversial ini mengumumkan rencana mengadakan demonstrasi provokatif di Berlin.
Sentimen anti-Muslim di Swedia
Politikus kelahiran Turki Mikail Yuksel, yang mendirikan Partai Warna Berbeda di Swedia mengatakan provokasi Islamofobia dari politikus anti-Muslim rasialis di bawah perlindungan polisi terus berlanjut di kota-kota di seluruh Swedia. Yuksel mengatakan Paludan secara khusus memilih lingkungan yang padat penduduk Muslim dan tempat-tempat dekat masjid untuk provokasi.
"Di Swedia, yang membela hak asasi manusia, kebebasan beragama dan hati nurani dengan nada tertinggi, Quran dibakar di lingkungan Muslim di bawah perlindungan polisi," katanya, dilansir di TRT World, Jumat (16/4/2022).
Dia menambahkan polisi juga menyerukan umat Islam untuk menggunakan akal sehat karena kitab suci mereka dibakar tepat di depan mata mereka.